PADANG (RIAUPOS.CO) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat Sumbar agar tidak hanya terfokus pada kawasan pusat gempa besar (megathrust) Mentawai. Pasalnya, ancaman gempa di Sumbar tidak hanya berasal dari megathrust, namun juga dari jalur subduksi, sesar Sumatera dan sesar Mentawai.
“Sejauh ini, sejarah mencatat, gempa di Sumbar yang paling banyak memakan korban jiwa adalah gempa di jalur sesar Sumatera,” ujar Kepala Kantor BMKG Stasiun Geofisika Klas I Padangpanjang, Rahmat Triyono, Ahad (6/3).
Ia menyebutkan, saat terjadi gempa, Rabu (2/3) pihaknya telah mengeluarkan perigatan potensi tsunami. Alur peringatan dini tsunami yang dikeluarkannya sudah sesuai dengan apa yang ditetapkan dalam UU No 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika.
Di Sumbar, ada tujuh kabupaten dan kota di wilayah pesisir Sumbar telah terpasang Warning Receiver Sytem dan Digital Video Broadcast atau WRS/DVD. WRS/DVD merupakan alat diseminasi yang memungkinkan berbagi informasi dari komputer BMKG kepada institusi di pemerintah kabupaten/kota, TNI, Polri, Media TV, radio dan lainnya.
BMKG telah menyampaikan peringatan potensi tsunami kepada bupati/wali kota di tujuh kabupaten kota di pesisir Sumbar. Setelah disampaikan, kemudian menjadi wewenang pemerintah kabupaten/kota dalam menindak lanjuti peringatan tersebut, apakah akan dibunyikan sirene peringatan tsunami atau tidak. Untuk sirene, BMKG hanya memiliki 6 sirene di 6 kabupaten/kota di Sumbar, yakni Padang, Pariaman, Pesisir Selatan, Pasaman, Agam dan Padangpariaman.