Selain tertarik dengan teori Charles Darwin, Dubois meyakini nusantara sebagai wilayah tropis merupakan tempat tinggal terakhir anthropoid prasejarah. Keyakinan ini membuat Dubois nekat mengajukan permohonan kepada pemerintah Belanda, untuk bergabung dengan tentara kerajaan Hindia Belanda (KNIL) yang kala itu sedang menduduki nusantara.
‘’Dubois akhirnya diterima sebagai perwira kesehatan KNIL yang datang ke Sumatera,’’ kata Truman Simanjuntak. Hal ini juga diceritakan Kepala Balai Penelitian Nilai Budaya Sumbar Nurmatias dan sejarawan dari Universitas Andalas Padang Wannofri Samri saat dihubungi RPG secara terpisah, pekan lalu.
Nurmatias dan Wannofri menyebut, Dubois bertolak dari Hindia Belanda menuju nusantara pada akhir 1887. Kapal yang ditumpanginya bersama KNIL mendarat di Emmahaven atau Pelabuhan Telukbayur, Padang. Dari pelabuhan yang dipopulerkan Erni Djohan lewat lagunya itu Dubois terus ke Payakumbuh.
‘’Di Payakumbuh, Dubois bertugas di rumah sakit setempat. Di senggang waktunya, ia mendatangi goa-goa yang ada, mencari dan meneliti fosil-fosil,’’ kata Harry Simanjuntak. Goa yang paling lama dimasuki dinamai Dubois dalam laporannya sebagai Goa Lida Ajer.
Enam bulan berada di goa tersebut, Dubois menemukan fosil-fosil. Tapi, tidak ditemukan kerangka utuh. ‘’Dia frustasi. Baru bergairah kembali setelah mendapat kabar insinyur Belanda di Pulau Jawa menemukan kerangka manusia. Dia akhirnya ke Jawa dan kemudian tercatat sebagai penemu pithecanthropus erectus atau homo erectus,’’ jelas Nurmatias.