Musim tanam sudah di depan mata, namun 3.314 hektare lahan warga Bungaraya dari beberapa desa, kering kerontang.
(RIAUPOS.CO) -- Ada kegundahan di wajah Narno saat menceritakan bagaimana perjuangan mereka untuk mendapatkan air, sehingga mengaliri tanaman padinya.
Saat ini sudah musim tanam, namun air untuk mengaliri sawah tidak ada. Setiap hari perlu makan, anak harus sekolah, belum lagi sejumlah keperluan hari hari.
“Harapan kami akan air yang ada di daerah penyangga malah dibuat tanggul oleh perusahaan. Tidak tanggung tanggung, tanggul yang dibuat sebanyak empat unit, sementara jarak antara satu tanggul dengan lainnya sekitar 4 kilometer,” ungkapnya, kemarin.
Jika tidak ribut, mungkin tidak ada solusi. Makanya kemarin petani dikumpulkan di Kantor Desa Kemuning, dihadiri Kadis PU Siak, pihak BKM, TKWL, perwakilan BRG, DLH, camat.
Hal yang sama diungkap Sarino. Menurutnya, sudah lama dia menunggu air untuk sawahnya, namun tidak pernah datang, ternyata telah ditanggul oleh perusahaan.
Tidak hanya Narno dan Sarino, tapi puluhan warga Bungaraya bergerak bersama, menempuh jalan tanah dengan lubang yang dalam sejauh belasan kilometer, ditambah lagi harus menyusuri kanal sekitar dua kilometer menuju kanal yang ditanggul perusahaan.
Besar pengorbanan mereka, padahal dalam pertemuan antara warga, pihak perusahaan yaitu Balai Kayang Mandiri (BKM) dan TKWL akan menyediakan alat berat untuk membongkar tanggul dengan ketinggian 5 meter dan lebar 15. Namun karena rusak, akhirnya warga membongkar tanggul dengan cara manual.
Hal itu sesuai kesepakatan dalam pertemuan yang ditandatangani sejumlah pihak.
Namun, pihak Dinas PU tidak tinggal diam, disiapkan alat berat meski perlu waktu untuk bisa masuk ke lokasi karena berada di lahan perusahaan.
Proses pembongkaran tanggul dikawal Kasi Pengairan Ulpuadi, pengamat pengairan BWS III Isran. Bhabinkamtibmas Riant, Bhabinsa Tuah Indrapura Hamdani, juru pengairan Darwis Daulay.
Tanah gambut yang tidak stabil membuat alat berat PU kesulitan masuk ke lokasi tanggul yang akan dibobol. Baru satu tangga yang dibobol masyarakat itu pun dengan cara manual. Sementara tiga tanggul lainnya secara bertahap dibongkar dengan alat berat pada hari berikutnya.
“Diharapkan pekan depan petani sudah bisa bercocok tanam, sehingga aktivitas petani menjadi lancar,” ucapnya.
Sementara sebelumnya Humas PT BKM Yustinus mengatakan, pihaknya membuat tanggul agar air terkumpul mengantisipasi karhutla. Namun, kalau Pemkab Siak menginginkan tanggul dibongkar pihaknya mendukung dan siap membantu membongkar tanggul tersebut.
Namun, hingga berita ini diturunkan Humas BKM tidak terlihat di lokasi, demikian juga dengan alat berat yang dijanjikan, tidak pernah sampai ke lokasi.
Bicara mengantisipasi karhutla, meski air terkumpul di kanal, namun sepanjang mata memandang, terlihat lahan menghitam karena terbakar. Dan di lokasi itu juga menurut Bhabinsa dan Bhabinkamtibmas beberapa waktu lalu turun Mabes Polri melakukan pengecekan.(adv)
Laporan MONANG LUBIS, Siak