PROF DR SAKTIOTO SSI MPHIL, GURU BESAR FISIKA UNIVERSITAS RIAU

Efek Gerhana Banyak, tapi Banyak Pula yang Tidak Merasakan

Siak | Jumat, 20 Desember 2019 - 09:50 WIB

Efek Gerhana Banyak, tapi Banyak Pula yang Tidak Merasakan
Saktioto

SIAK (RIAUPOS.CO) -- Fenomena atau gejala alam semesta yang berinteraksi pada bumi adalah suatu kejadian yang tidak dapat dielakkan. Efeknya tentu ada, baik kecil maupun besar, langsung atau tidak langsung. Sebagai ilmuan mengenal efek alam semesta adalah suatu peristiwa alam yang dahsyat, sebagian lain menilai tidak dapat dijadikan unggulan aplikatif hidup karena sulit direkayasa atau sulit dijadikan kebutuhan hidup keseharian.

Ada banyak interaksi alam semesta satu sama lain termasuk ke bumi seperti bulan, matahari, meteor, planet-planet, komet, bintang-bintang yang dekat maupun yang jauh, atau juga kabut dan alam semesta. Dalam fisika semuanya saling berinteraksi ke bumi dan bumi juga berinteraksi dengan komponen alam itu pada sisi elektromagnetik (listrik dan magnet bumi) dan mekanik (massa bumi). Sebegitu jauh, interaksi ini adalah dalam suatu kesetimbangan yang baru berikutnya, baik sementara ataupun permanen. Peristiwa-peristiwa alam ini sangat terkait satu sama lainnya dalam komponen alam yang berfungsi dan aktivitas sendiri-sendiri ataupun komulatif.


Salah satu fenomena yang cukup menjadi perhatian manusia adalah Gerhana Matahari, tepatnya Gerhana Matahari Cincin (GMC) yang diperkirakan terjadi Kamis, 26 Desember 2019 di Kampung Bunsur, Kecamatan Sungai Apit, Siak, Riau. Daerah ini menjadi titik fokus gerhana secara geometri. Pemahaman fisika selalu datang kemudian, karena efek yang ditimbulkan tidak banyak atau merusak tatanan alam bumi, bulan, matahari, dan tata surya. Namun, tinjauan fisika juga perlu didekati dengan beberapa aspek yaitu pemahaman astronomi pada zaman dahulu dan bagaimana sisi Islam melihat peristiwa alam Gerhana Matahari.

Zaman kuno, Yunani sebelum Masehi bahkan pada awal-awal Masehi, ilmu perbintangan dan alam semesta selalu menjadi objek dan subjek bagi manusia untuk mengukur waktu, geometri bumi, prediksi dan kompas perjalanan bagi manusia yang berada di darat maupun di laut. Ini menunjukkan efek ilmu perbintangan sudah cukup dikenal bahkan cukup bermanfaat pada masa lalu. Pada sisi agama Islam, Rasulullah juga memberikan sunnahnya bila terjadi gerhana baik bulan maupun matahari. Justru Rasulullah lebih khawatir terjadinya gerhana dibandingkan terjadinya hujan. Terjadinya gerhana Rasul malah takut sehingga diminta kita banyak beristighfar dan salat gerhana. Lain halnya hujan, Rasul lebih gembira dengan bersyukur karena rahmat turun. Bahkan ketika lailatul qadar turun, di saat itu hujan sedang turun.

Kembali ke Gerhana Matahari Cincin, efek yang muncul cukup banyak, hanya saja manusia tidak merasakan langsung. Secara fisika terjadi gangguan mekanik (seperti gravitasi bumi, bulan dan matahari), gangguan elektromagnetik (seperti radiasi matahari terhalang pada waktu yang tidak diharapkan) sehingga beberapa radiasi tertahan, dipantulkan, disatukan, dipisahkan akan terjadi di alam semesta yang berefek ke bumi. Efek yang bisa muncul adalah pada air laut dengan pH yang turun, terjadi karena gelombang gamma tidak dapat menembus bumi, dan panas pada daerah radiasi terhalang bulan akan meningkat temperaturnya, sehingga radiasi matahari saat mulai dan saat berakhir akan mengganggu bahkan merusak mata. Semoga peristiwa ini dapat menambah keimanan kita tentang fenomena gerhana matahari cincin. Aamin. ***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook