SIAK (RIAUPOS.CO) -- PERNAHKAH ncik tuan dan puan ke Siak? Bila sudah, pastilah tak asing lagi dengan Negri Istana itu. Tapi, sejak 15 Februari 2019 lalu, tatkala launching GMC dimulakan, Kampung Bunsur langsung meroket. Desa tepi pantai ini, langsung jadi buah bibir di jagat astronomi. Mengapa bisa begitu? Kampung inilah yang dipilih Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sebagai lokasi yang ideal untuk menyaksikan Gerhana Matahari Cincin (GMC) tahun 2019 ini.
Kampung ini berjarak 1,5 jam dari Kota Siak Sriindrapura, ditempuh memakai kendaraan roda dua atau empat. Ada dua arah jalan menuju daerah ini, bisa lewat Desa Mengkapan, bisa juga dari arah Sungai Apit dari arah Kampung Lalang. Tim Riau Pos yang sudah beberapa kali melakukan survei ke daerah ini, memang merasakan suasana kampung yang berbeda. Kiri dan kanan jalan, tampak hijau dan rindang dengan pepohonan yang asri. Penelusuran Riau Pos, Kampung Bunsur ini memiliki jumlah penduduk 1.297 jiwa, terdiri dari 316 Kepala Keluarga (KK). Meski demikian karena penduduk kampung ini banyak mendirikan rumah sepanjang jalan lingkungan, maka terlihat ramai aktivitas sehari-hari. Camat Sungai Apit, Wahyudi S.STP menyebutkan, Kampung Bunsur Sungai Apit sejak setahun terakhir, sudah mulai berbenah untuk persiapan Gerhana Matahari Cincin.
"Sejak ditetapkan awal tahun ini, kami segenap lapisan masyarakat di Kecamatan Sungai Apit ini sudah membulatkan tekad untuk melayani wisatawan atau masyarakat yang ingin menyaksikan gerhana ini," sebutnya kala dikunjungi Riau Pos di ruang kerjanya. Lebih jauh, dia mengatakan sebenarnya peristiwa alam yang sangat langka ini menjadi berkah bagi warga Sungai Apit. Sebab menurut data yang ada, sebenarnya tiga kampung di Sungai Apit ini termasuk ideal untuk menyaksikan gerhana yaitu Kampung Lalang, Kampung Bunsur, dan Mengkapan. Namun, untuk lebih menfokuskan Festival Gerhana yang digelar Pemkab Siak, LAPAN, Kemenristek Dikti, maka kegiatan dipusatkan di Desa Bunsur yang memiliki beberapa fasilitas yang sudah layak.
"Kegiatan launching GMC juga dilakukan di Desa Bunsur pada 15 Februari lalu. Kala itu, Bupatinya masih Pak Syamsuar," sebutnya lagi.
Secara gerografis Kampung Bunsur Kecamatan Sungai Apit ini berbatas dengan Desa Lalang (Bagian Utara), Desa Mengkapan (Bagian Selatan), Desa Pusako (Bagian Barat), dan Selat Lalang (Bagian Timur). Desa ini berdiri sejak Juni 2002 lalu. Kata Bunsur ini sendiri berawal nama sebuah sungai yang mengitari kampung tersebut. Daerah ini terletak di pinggir Selat Lalang, di sebelah barat Sumatera. Mayoritas masyarakat kampung ini suku Melayu asli, atau yang sering disebut Suku Akit, dan juga beberapa suku Tionghoa. Dari Kota Siak Sriindrapura daerah ini berjarak 54 km, sementara itu dari Pekanbaru berjarak 172 km, dan 12 km dari Ibukota Kecamatan. Menariknya lagi, di kampung ini hidup dengan rukun beragam agama seperti Islam, Buddha, Kristen Protestan. Mereka hidup bersama dengan mata pencarian sebagai petani, karet, sawit, nanas, rumbia, dan nelayan. Mereka bersosialisasi dalam dua dusun, 8 RT, 4 RK dengan warga laki-laki 675 dan perempuan 622 orang. Sementara itu, di kampung ini warganya memiliki tingkat pendidikan SD 610 orang, SMP 190 orang, SLTA sebanyak 170 orang, Sarjana 35 orang, dan selebihnya tidak tamat SD sebanyak 150 orang.
Kepala Desa Bunsur Syafri SAg saat ditemui di kampung itu mengungkapkan rasa gembira. "Bukan main senangnyo hati. Dah lamo kami berharap ada kegiatan yang bisa menyertakan masyarakat luas di kampung ini. Saat kami mendengar kampung kami dijadikan tempat melihat Gerhana Matahari Cincin, maka kami anggap ini sebagai rahmat dan anugerah bagi warga Bunsur," katanya. "Kami akan berupaya sekuat tenaga untuk memberikan yang terbaik, di tengah keterbatasan fasilitas yang kami miliki di kampung ini," lanjut pria yang akrab di sapa Pak Cik ini.
Sejak berdiri dari 2002 lalu, beberapa Kepala Desa Bunsur silih datang dan berganti. Misalnya saja di awal berdiri di jabat oleh Anuar (2002), Rojison (2003), Afrizal (2005), Alfarizal (2006), Tengku Arifin (2008), dan Syafri SAg (2019). Uniknya lagi, kepada desa di tempat ini di sapa Depati. Balik ke pangkal berita. Kini, Kampung Bunsur menyonsong pelaksanakan Gerhana Matahari Cincin. Berbagai aktivitas akan dilakukan di kampung ini, baik kegiatan keagamaan, ekonomi kreatif, teknologi tepat guna, bahkan teknologi canggih dari LAPAN juga akan dipasang di lokasi ini.
Informasi yang disampaikan Kepala Bagian Humas LAPAN Jasyanto, pihaknya akan membuat sarana edukasi dan pengamatan bersama di Kampung Bunsur. Salah satunya adalah membuat planetarium mini sains antarika kepada siswa sekolah maupun masyarakat umum. Planetarium ini sengaja di rancang bisa didirikan di daerah terpencil.
"Di planetarium kita akan tayangankan film-film tentang antariksa seperti galaxi, matahari dll, sekali pertunjukan durasinya 15-20 menit dengan jumlah penonton berkisar 15-20 orang. Kegiatan ini akan dilakukan 25-26 Desember 2019," jelasnya.
LAPAN juga berencana membawa teropong yang berfungsi untuk pengamatan bersama GMC. Sehingga bisa juga memberikan gambaran yang lebih rinci tentang peristiwa alam ini. Kampung Bunsur kini bersiap menjadi sorotan dunia untuk peristiwa yang berulang kembali di kampung ini sekitar 350 tahun lagi. Media lokal, nasional, bahkan internasional sudah mulai merilis berita, dan menurunkan laporan yang terkait dengan peristiwa Gerhana Matahari Cincin atau sering juga disebut "ring of fire" ini. ***