SIAK (RIAUPOS.CO) - BATIK Siak menjadi salah satu identitas dengan motifnya yang terus berkembang. Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Siak, melakukan pembinaan kepada perempuan dan generasi muda yang mencintai batik.
Ada kelas membatik di Dekranasda. Keindahan motif yang diambil dari alam dan kemegahan sejarah Siak, seperti Istana Asserayah Alhasyimiah serta Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah, merupakan bagian dari kreativitas yang terus berkembang.
Ketua Dekranasda Siak Rasidah Alfedri terus mengembangkan motif batik dan teknik membatik berikut pewarnaan.
Warna-warna yang diambil lebih berani dan kekinian, sehingga batik dapat di kenakan dalam berbagai kegiatan.
"Siak yang hijau, juga menjadi salah satu menyebab kenapa belakangan kami mencari pengrajin untuk mempelajari batik ecoprint,"sebut Rasidah Alfedri.
Memanfaatkan daun-daunan yang banyak di hutan di Kabupaten Siak yang hijau dan lestari, menghasilkan motif batik yang unik dan indah.
"Semakin ke sini, batik Siak semakin dikenal dan dicintai masyarakat,"kata Rasidah Alfedri.
Ke depan, pengrajin batik akan ada di 14 kecamatan dan di 122 kampung, sembilan kelurahan. Batik Siak akan terus berkembang dan menjadi produk yang menjanjikan dalam membangkitkan ekonomi masyarakat, dengan lahirnya rumah-rumah batik.
Tidak hanya sampai di situ, pintu Dekranasda terbuka untuk pelajar yang datang dari berbagai kabupaten kota untuk belajar membatik, serta mengenal sejarah Siak
Dan dalam pengembangan, Dekranasda bekerja sama dengan Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja menggelar pelatihan teknik ecoprint, di Gedung Wanita Siak Sri Indrapura, Senin (17/10).
Rasidah menyampaikan peminat pelatihan ini sangat banyak, namun karena keterbatasan bahan baku hanya 15 yang bisa diikutsertakan.
Rasidah berharap, di lain kesempatan ada perusahaan lain yang berniat membantu.
Sebagai tindaklanjut, Rasidah juga mengundang PKK kecamatan dan kampung, agar menyampaikan kepada camat dan penghulu untuk mendukung anggotanya yang ikut pelatihan.
"Bagaimana caranya pelatihan ini, bisa berkelanjutan, karena batik ini industri kreatif yang punya daya saing dan nilai jual tinggi,"ucap Rasidah.
Kegiatan tersebut terlaksana atas dukungan CSR PT TGI RO III Pekanbaru dan mendatangkan instruktur dari Jogjakarta, Dina Isfandiary, yang berlangsung dari 17 sampai 19 Oktober 2022.
Bupati Siak Drs H Alfedri membuka pelatihan yang diikuti 15 peserta dari tujuh kecamatan tersebut mengatakan, hal ini sangat baik dalam meningkatkan perekonomian pengrajin.
Distransnaker Siak yang memfasilitsi pelatihan, perlu diapresiasi. Sebab besar manfaatnya untuk setiap individu memiliki keterampilan, salah satunya teknik ecoprint ini.
"Ini termasuk program strategis kami dalam memberdayakan ekonomi kreatif dan usaha mikro kecil menegah. Karena kami menargetkan 1.000 UMKM per tahun termasuk ekraf,"sebut Bupati.
Bupati Alfedri berharap, setelah pelatihan ini ada pengembangan dan pemasarannya, agar batik motif Siak lebih memasyarakat.
Pihaknya sebagai pemerintah telah mengharuskan pengadaan barang dan jasa menggunakan produk lokal, diharapkan pembatik dapat memanfaatkan peluang tersebut.
Dan meminta dinas terkait membantu mempromosikannya di acara pameran, dalam iven lokal maupun provinsi dan nasional maupun internasional, di samping menjadi produk lokal yang benar-benar menjadi tuan rumah.
Ke depan orang mengenal sebagai Siak hijau, dengan konsep dan program yang dimiliki saat ini. Termasuk batik teknik ecoprint yang kini sedang dikembangkan.
Sementara itu, Kapala Distransnaker Siak, Amin Budyadi dalam sambutannya menyampaikan ini adalah pelatihan kedua tentang batik. Sebelumnya sudah dilaksanakan juga pelatihan batik tulis, beberapa waktu lalu dengan narasumber yang sama.
Pelatihan ecoprint ini dukungan dari tanggungjawab sosial perusahaan PT Transportasi Gas Indonesia (TGI) RO III Pekanbaru. Ecoprint merupakan teknik membatik menggunakan bahan alami tumbuhan, bisa daun dan bunga serta medianya tidak hanya kain, tapi kulit, kanvas keramik, dan gelas.
Teknik ini ramah lingkungan dan termasuk dalam kategori green job, karena berkontribusi masuk untuk pelestarian lingkungan.
Distransnaker Siak, tambahnya, telah melakukan pelatihan kepada 883 tenaga kerja dengan 17 persen bersumber dari perusahaan, 19 persen dari anggaran pendapatan dan belanja daerah Siak dan selebihnya dari APBN.
Narasumber pelatihan ini, Dina Isfandiary secara singkat menjelaskan teknik ecoprint adalah mencari jejak daun atau bunga yang diaplikasikan ke dalam kain. Caranya ada dua yakni dengan pounding atau dipukul dengan palu, dan blanket.
Namun untuk pemula teknik yang pertama dulu.
"Semua jenis daun dan bunga bisa dijadikan cetakan, tapi yang bagus yang meninggalkan jejak yang kuat yakni yang getahnya kuat seperti daun jati,"katanya.
Untuk mengetahui daun itu bisa ecoprint coba dimasukkan ke air putih dalam gelas dan kalau berubah warna itu bisa.
Ecoprinting adalah sebuah teknik cetak dengan pewarnaan kain alami yang cukup sederhana, namun dapat menghasilkan motif yang unik dan otentik.
Prinsip pembuatannya adalah, melalui kontak langsung antara daun, bunga, batang atau bagian tubuh lain yang mengandung pigmen warna dengan media kain tertentu. Teknik ini merupakan hasil perkembangan dari teknik ecodyeing, yaitu pewarnaan kain dari alam.
Dalam proses ecoprint, dikenal dua teknik pewarnaan, yaitu teknik iron blanket dan teknik pounding. Dalam teknik iron blanket, langkah pertama yang dilakukan adalah mordanting (pembersihan kain dari kotoran).
Proses mordanting ini sama saja seperti mencuci pakaian. Setelah itu, siapkan pewarna dari bahan alam dengan merendam dedaunan dalam larutan cuka.
Hal ini bertujuan untuk mengeluarkan zat warna pada dedaunan dengan maksimal. Lalu, setelah pewarna siap, bentangkan kain yang sudah dibersihkan dan tempelkan dedaunan yang sudah direndam dengan larutan cuka. Kemudian, gulung dengan pipa paralon lalu ikat dengan tali. Tahap terakhir, yaitu kukus kain yang telah diikat selama 2 jam.
Dalam teknik pounding, proses dan cara pewarnaan kain sedikit berbeda dengan teknik iron blanket. Perbedaanya terletak pada dua tahap paling terakhir.
Perbedaan pertama adalah pada teknik iron blanket menggulung kain menggunakan paralon untuk mengeluarkan warna daun pada kain, sedangkan pada teknik pounding memukul daun pada kain menggunakan palu kayu. Perbedaan kedua yaitu pada teknik iron blanket, pengeringan dilakukan dengan mengukus kain selama 2 jam, sedangkan pada teknik pounding proses pengeringan dilakukan dengan menjemur kain langsung di bawah sinar matahari.
Karena dibuat dengan bahan alami, motif kain yang dihasilkan biasanya akan selalu berbeda meski menggunakan jenis daun dari tumbuhan yang sama. Warna dan motif yang tercetak pada kainpun pada umumnya akan memiliki karakteristik yang otentik bergantung pada letak geografis tanaman berasal.
Untuk menentukan apakah sebuah tanaman bisa dijadikan pewarna alami dalam ecoprinting atau tidak, dapat mengujinya berdasarkan warna, kandungan air dan aroma tanaman.
Kandungan air sangat mempengaruhi keberhasilan proses ecoprinting sendiri. Tanaman beraroma tajam dapat menjadi salah satu indikasi bahwa tanama tersebut dapat digunakan sebagai pewarna alami.
Jika tanaman digosokan ke sebuah kain dan meninggalkan noda, maka daun tersebut potensial untuk dijadikan pewarna alami.
Apabila daun direndam pada air panas selama 10 menit dan merubah warna pada air tersebut, maka tanaman ini juga berpotensi menjadi pewarna alami.
Ciri-ciri tersebut terdapat pada daun jati, eucalyptus, stroberi, jambu, pare, pohon nangka, tanaman bougenfile, daun pepaya, daun kelor, daun pakis dan sebagainnya.
Dalam proses pembuatan ecoprint, tidak semua jenis kain bisa dipakai. Hanya kain dari serat alam lah yang bisa digunakan.
Kenapa hanya kain dari serat alam? Karena hal itu bertujuan untuk memudahkan penyerapan warna dari daun ke serat-serat benang.
Beberapa serat alami yang bisa digunakan antara lain adalah serat kapas (serat yang berasal dari biji tanaman ordo malvales), serat linen (serat yang berasal dari tumbuhan rami), dan serat sutra (serat yang bersumber dari larva ulat sutra murbei.
Demikian jenis kain yang dapat digunakan pada ecoprinting; kain belacu, kain mori, kain dobby,kain paris, katun sari, kain sutra dan kain katun.
Secara umum teknik ecoprinting hanya diaplikasikan pada selembar bahan kain saja, namun pada prinsipnya juga sangat bagus bila diterapkan pada berbagai produk pakaian maupun perlengkapan rumahtangga seperti; scraft, serbet, tirai, baju, celana, pashmina, sprei, kerudung, payung, sepatu dan tas.
Manajer PT TGI RO III Pekanbaru, Antonius Totok berharap pelatihan bisa berjalan lancar dan manfaanya bisa dirasakan. Pihaknya akan selalu mendukung kegiatan yang berpotensi untuk menggali potensi masyarakat melalui dana tanggung jawab sosial perusahaannya.***