Potret kehidupan papa yang nyaris tak tersentuh, akhirnya terkuak. Kisah ini datang dari Kampung Buatan II, Kecamatan Koto Gasib, Siak. Pasangan suami istri Usman (68) dan Zaitun (59) tinggal di sebuah bangunan tanpa jendela yang luasnya dua kali tiga meter.
SIAK (RIAUPOS.CO) -- Bagaimana keduanya sanggup tinggal di bangunan triplek bekas itu, tanpa listrik dan berada di semak lahan warga. Karena keduanya sudah renta dan tidak memiliki pekerjaan.
Zaitun, saat diajak berbicara, sulit mencerna kalimat lawan bicaranya. Terkadang dia tidak mengerti apa yang ditanya dan menjawab sebisanya. Akhirnya komunikasi menjadi tidak nyambung.
Dapat dibayangkan bagaimana Zaitun berkomunikasi dengan suaminya yang usianya sudah senja itu. Komunikasi yang tidak nyambung itu membawa pasangan suami istri ini tidak bisa berbuat apa-apa.
Keduanya sudah tidak bisa bekerja berat lagi, sehingga kepasrahan membuat keduanya harus menikmati hidup di bangunan pengap dan isinya membuat mata berkaca-kaca.
Di pintu masuk bangunan itu ada ban sepeda bekas, kompor yang menghitam, sejumlah benda bergantungan di dinding, ada tas, plastik, pakaian, kasur Palembang yang warnanya memudar. Satu hal, tumpukan sampah di salah satu sudutnya membuat aroma tak sedap menyeruak saat masuk ke dalamnya.
Bhabinkamtibmas Polsek Koto Gasib Bripka Mahadir mengaku sedih atas temuannya itu.
Mereka seharusnya tidak tinggal di tempat seperti itu. Mereka harusnya bisa hidup lebih layak, namun keadaan membuat keduanya berada di situ,” ungkap Mahadir dengan mata berkaca-kaca.
Saat pertama melihat mereka, berhari-hari dirinya kepikiran. Bahkan saat makan dia teringat tentang apa yang dimakan pasangan suami istri berusia lanjut itu.
"Saya laporkan temuan saya itu ke pimpinan saya. Bersama pimpinan saya, yaitu Kapolsek Koto Gasib Ipda Suryawan kami koordinasi dengan Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) Koto Gasib. Hasilnya pihak UPZ berkoordinasi dengan Baznas Siak untuk memberikan rumah layak huni," ungkapnya.
Informasi keberadaan pasangan suami istri lansia itu merebak. Tidak hanya Kapolsek Koto Gasib Ipda Suryawan dan istri yang memberikan bantuan, namun Bhayangkari Polsek dan Polres juga mengarahkan perhatiannya pada pasangan suami istri itu.
Tak terlalu lama prosesnya keduanya mendapatkan rumah layak huni dari Baznas Siak. Namun, ada satu hal yang kini menjadi masalah, karena keduanya tidak memiliki pekerjaan.
Terutama Usman, di usianya yang ke-68 tahun, Usman dan istrinya hanya bersandar kepada kebaikan sanak saudara dan para tetangga serta warga sekitar.
Yang menjadi pemikiran Mahadir, apakah keduanya akan tetap disantuni seperti itu? Perlu ada solusi, sehingga mereka dapat benar-benar terbantu, tidak hanya rumah, tapi juga secara berkala kesehatan mereka juga dicek, pakaian mereka juga dirawat.
Karena secara kasat mata Riau Pos yang datang ke rumah barunya, keduanya sangat tidak terawat, pakaiannya seolah tidak dicuci beberapa hari, hal itu diketahui dari aroma maju yang dikenakan suami istri itu.
Sementara Sekretaris UPZ Koto Gasib Muharam mengatakan, pihaknya memberikan bantuan rumah layak huni sebesar Rp34 juta, dengan syarat lahan pribadi.
Karena keduanya tidak memiliki lahan. Akhirnya sanak saudaranya menghibahkan lahan 10 kali 10 untuk tapak rumah tipe 36.
"Di lahan itulah kami membangunkan rumah dengan anggaran Rp34 juta," ungkap Muharam.
Zaitun saat dijumpai di rumah barunya dengan ramah mempersilakan masuk. Di ruang tamu hanya ada karpet dan rantang plastik berisikan makanan. Terlihat ponsel senter sedang dicas. Entah masih bagus entah tidak, tiba tiba Kapolsek Suryawan berucap," sudah punya handphone sekarang."
Zaitun langsung menjawab,”bukan handphone itu pak, tapi hape. Zaitun mengucapkan itu sambil tersenyum seolah apa yang diucapkan Kapolsek salah.
"Hape pak, bukan handphone," ulang Zaitun sambil tersipu. Sementara Usman, saat ditanya kerja apa sekarang. Dengan suara pelan, dia berucap saat ini kerjaannya menakik karet sambil menunjuk batang karet yang tumbang dan sebagian lainnya .***
Laporan MONANG LUBIS, Siak