SIAK (RIAUPOS.CO) -- Gerhana Matahari Cincin (GMC) bisa dilihat di sebagian wilayah di Indonesia pada 26 Desember 2019. Saat fenomena ini terjadi, 94 persen piringan matahari akan tertutup piringan bulan. Namun, bolehkah melihat Gerhana Matahari Cincin dengan mata telanjang? Peneliti Muda Pusat Sains Antarikasa LAPAN M Zamzam Nurzaman, menyampaikan, pengamatan langsung ke arah Matahari tanpa alat bantu tidak boleh dilakukan karena hal tersebut dapat mengakibatkan kerusakan hingga kebutaan mata. Untuk pengamatan GMC, dapat disediakan kacamata khusus matahari untuk mengamati secara aman fenomena alam ini. Seluruh proses gerhana, mulai dari gerhana matahari sebagian hingga puncak GMC dapat diamati jika cuaca mendukung. Bila memungkinkan, dari Kantor Pusat Sains Antariksa LAPAN rencananya akan menyediakan teleskop agar para pengunjung dapat turut menikmati bersama fenomena langka ini dengan lebih menarik.
Untuk menghindari kerusakan mata, pengamatan gerhana matahari sebagian dan cincin (termasuk gerhana sebagian yang terjadi sebelum dan sesudah gerhana total) membutuhkan alat pelindung mata atau metode pengamatan tidak langsung. Pelindung mata dilakukan dengan filter yang dirancang khusus untuk menghalangi radiasi berbahaya dari matahari. Kacamata hitam biasa atau alat-alat rumah biasanya tidak cukup untuk tujuan ini.
Cara yang lebih aman untuk mengamati gerhana adalah pengamatan tidak langsung. Hal ini dapat dilakukan dengan memproyeksikan citra matahari ke sebuah layar, misalnya sebuah kertas putih. Hal ini dapat dilakukan dengan menempatkan sepotong kardus dengan lubang kecil (berdiameter 1mm) di antara matahari dan layar, alat ini disebut kamera lubang jarum. Selain kamera lubang jarum, dapat digunakan teleskop kecil atau teropong yang dapat memperbesar proyeksi matahari di layar.***