SIAK (RIAUPOS.CO) - Melihat penampilan seni dan budaya dalam gelaran Festival Siak Bermadah 2022, Bupati Siak Alfedri begitu bersemangat. Senyum semringah mengambang dan matanya berbinar binar.
Malam pembukaan, Jumat (7/10) sekitar pukul 20.00 WIB, memang gerimis, namun Bupati Alfedri bersama istri Rasidah, Wabup Husni Merza dan istrinya Ananda Laila Putri, Ketua DPRD Indra Gunawan, Ketua LAMR Siak Datuk Wan Said, Kadispar Riau Roni Rakhmad, Kabid Ekraf Basriansyah, dan tamu undangan lainnya, tak beranjak dari posisi duduknya.
Gelaran festival memang terasa berbeda. Bahkan, perbedaan sudah terlihat sejak Bupati Alfedri dan para tamu undangan tiba di gerbang yang sengaja dibuat, untuk penyambutan bagaikan di masa sultan.
Ada gong, ada pengawal dan ada juga Bujang Dara Siak. Lalu mengiringi Bupati Alfedri ke tempat duduk yang telah disiapkan.
"Helat Festival Siak Bermadah tahun ini penuh kejutan," kata Bupati Alfedri.
Hal itu pula yang menjadi penyebab, dia tak beranjak dari duduknya, karena penasaran setiap penampilan yang bikin kagum.
Ada tarian pembuka oleh anak anak Siak, yang begitu mempesona. Lalu dilanjutkan dengan penampilan grup kompang Nurul Fajar Bengkalis yang memukau, lalu ada penampilan grup kesenian Talang Sarweh yang sangat menghibur dengan tari piring, saman dan tortornya. Malam pembukaan ditutup dengan penampilan Riau Rhythm yang menyajikan musik yang apik dan enak didengar.
"Ini sangat membanggakan, malam pembukaan ini sangat mengesankan," kata Bupati Alfedri.
Bupati Alfedri juga mengapresiasi bazar ekraf dan stan jajanan. Selain menyaksikan penampilan seni dan budaya, ada perputaran ekonomi oleh pelaku UMKM, dan disambut meriah warga yang rindu suasana ini, karena sudah dua tahun tanpa kegiatan.
"Mengenalkan produk lokal yang semakin moderen dan kekinian, akan disambut pasar dengan baik," kata Bupati Alfedri.
Hal yang tak kalah pentingnya adalah susur Sungai Jantan, melihat keindahan Siak dari sungai, sekaligus menyaksikan cagar budaya, Bupati Alfedri meminta agar dipastikan keamanan dan keselamatan peserta.
"Kami ingin festival berjalan lancar, dari awal sampai akhir," sebut Bupati Alfedri.
Sementara Rasidah Alfedri tak kalah memuji, sambil mengacungkan jempol. Rasidah menyebut, penampilan seni dan budaya pada malam pembukaan itu sangat mantap.
"Inovatif dan benar benar memberikan sajian yang luar biasa," kata Rasidah.
Hal ini patut diapresiasi dan terus dikembangkan. Rasidah sangat ingin festival yang setiap tahun digelar ini, bisa masuk dalam kalender nasional. Atas inovasi yang terus dilakukan, Rasidah yakin peluang ke depan akan lebih baik. "Saya bangga dengan kreativitas generasi muda Siak," kata Rasidah.
Inovasi dan kolaborasi yang sempurna, sehingga menyajikan sesuatu yang beda, indah dan sangat menghibur.
Sementara itu, Kabid Ekraf Dispar Basriansyah bersama fungsional Indra Agus Setiadi yang akrab disapa Aseng sebagai pelaksana festival mengatakan, sampai ke titik ini, mereka bergotong royong menyatukan visi dan misi selama dua bukan.
"Festival Siak Bermadah ini, sedang kami perjuangkan untuk masuk kalender nasional," katanya.
Ada sejumlah persyaratan yang dilengkapi dalam gelaran tahun ini, dengan inovasi dan sebesar apa manfaatnya untuk masyarakat. Adanya perputaran ekonomi pada festival yang berlangsung selama empat hari itu, menuai pujian dan decak kagum.
"Dua bulan merancang dan mendeskripsikan festival tahun itu, sehingga lahirlah tema Bertenun Tepak, Julang Bertanjak," katanya.
Festival yang disandingkan atau mengiringi peringatan Hari Jadi Kabupaten Siak, diselenggarakan terakhir pada 10, 11, 12 Oktober 2019.
Kali ini Siak bermadah hadir kembali dengan konsep bergotong royong bersama komunitas, anak muda, serta pelaku ekonomi kreatif di Siak.
Bertenun Tepak Julang Bertanjak, memaknai dari kata bertenun yang menyatukan benang menjadi kain, menjadi simbol untuk menyatukan para seniman, menyatukan kesenian dan kebudayaan yang ada di Siak.
Kata tepak sendiri diartikan sebagai bentuk wadah budaya Melayu Siak, Siak Bermadah sebagai tempat atau wadah penyajian kesenian budaya.
Julang bertanjak menjadikan bentuk salah satu ikon budaya yang letaknya di atas dan dijunjung untuk mengangkat marwahnya.
Jika diartikan keseluruhan, "Bertenun Tepak Julang Bertanjak" sebagai tema dari Siak bermadah adalah tempat berkumpul, bersatunya para seniman budaya Melayu Siak, dalam menyajikan pertunjukkan kesenian dengan tujuan mengangkat nilai-nilai keluhuran budaya yang ada di Siak.
Tentang logo Siak bermadah, disebutkan Aseng, makna huruf S berinisiasi dari kata Siak dan huruf B berinisiasi dari Bermadah dan jika diperhatikan lebih detail lagi, logo ini dibuat dengan bentuk menyerupai gambus yang menjadikan identitas alat musik Melayu di Siak.
Dari sisi warnanya sendiri warna hijau melambangkan kehidupan, dengan harapan melalui iven Siak Bermadah ini, dapat memberikan dampak kehidupan bagi masyarakat Siak, termasuk keberlangsungan iven itu sendiri.
Warna kuning merupakan sesuatu yang memberikan energi dan kecerahan. Warna kuning ini melambangkan sebuah kebahagiaan, dengan harapan iven Siak bermadah dapat memberikan kebahagiaan masyarakat Siak dalam menyambut Hari Ulang Tahun ke-23 Siak.
Apa saja yang ada di festival ini, penampilan tari kreasi, bazar ekonomi kreatif, pertunjukan seni dan budaya, penampilan musik, diskusi asik, games seru, celoteh orang Melayu, heritage city tour, susur Sungai Siak, street food, latihan bersama, Festival Tempo Dulu.
Pada pembukaan bazar ekraf oleh Sekda Arfan Usman, ada penampilan di ministage, Band Flaminggo dari Pekanbaru.
Sementara hari kedua, pada Sabtu (8/10), ada Siak heritage trip, siangnya gladi seluruh penampil di panggung mini. Di panggung itu juga ada talkshow, lalu petang harinya aktivitas latihan tari dan musik.
Malamnya di panggung utama, ada penampilan Siak Orkestra, AJ Dancer, penampilan Sanggar Tari Sri Melayu, Tari Suadati dari Sanggar Piasan Nangroe, serta penampilan dari Sanggar Tari Talang Saruweh, OMOK dan Festival Tempo Dulu.
Pada Ahad (9/10), di panggung mini, digelar talkshow inovasi produk dan pangan lokal, penampilan musik Sireh Mempura, Rapai Geleng, Celoteh, penampilan Buih Selari dari Sanggar Tari Mahligai KemilauArt, Limuno.
Sementara pada Senin, ada gladi semua penampil, selanjutnya pada malamnya ada penampilan Siak Orkestra, penyajian Sanggar Tatah Tunggal, pemutaran video rangkaian acara Festival Siak Bermadah, BatamArt Movement (Bartam), standup Agung and Friend, kebiasaan lamo oghang Melayu, joget Lambak.
Semua yang ditampikan dalam festival merupakan gerakan latihan bersama ini diinisiasi oleh anak muda lokal, yang berasal dari berbagai macam latar belakang mulai dari sanggar, komunitas maupun perorangan yang memiliki rasa cinta terhadap seni tradisi Melayu.
Kemudian secara bersama-sama dengan semangat gotong royong menciptakan sebuah lingkup media pembelajaran yang bersifat terbuka kepada siapapun jika ingin belajar tentang seni tradisi Melayu.
Metode latihan bersama ini dilaksanakan di ruang terbuka publik, sehingga diharapkan dapat merangkul lebih banyak masyarakat dari berbagai macam kalangan dapat belajar dan mengenal kebudayaannya serta menciptakan suasana atau lingkungan yang berlandaskan budaya kedaerahan dan dapat menjadi ajang tontonan bagi masyarakat sekitar.
"Bersama kembali menghidupkan nuansa daerah yang kental akan seni tradisi dan budaya khususnya bagi daerah Siak," jelasnya.
Selain itu, kegiatan latihan bersama ini adalah salah satu bentuk upaya pemuda berperan aktif terhadap pelestarian seni lintas generasi.
Perjalanan panjang sejarah Siak, dapat disaksikan melalui heritage city tour. Kabupaten Siak memiliki
kawasan cagar budaya, sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Siak Sri Indrapura. Dan Sungai Siak sebagai urat nadi aktivitas bagi masyarakatnya.
Pada 2018, Kawasan Cagar Budaya di Pusat Pemerintahan Siak Sri Indrapura ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya Nasional. Hal itu menjadi bukti kejayaan Kesultanan Siak di pantai timur Sumatera.
"Ada sekitar 15 cagar budaya yang bisa dinikmati dengan pengalaman menarik di setiap objeknya," terangnya.
Dimulai dari Tepian Bandar Sungai Jantan, sebutan untuk Sungai Siak, peserta akan diajak melihat Kota Siak dari sungai.
Dari beberapa peninggalan bangunan cagar budaya yang ada akan terlihat bahwa Sungai Siak sudah menjadi jalan raya utama sejak zaman dahulu.
Dengan kedalaman mencapai 60 meter dan di daulat sebagai sungai terdalam di Indonesia, Sungai Siak termasuk jalur pelayaran internasional, sehingga kapal-kapal besar juga melintas di sungai ini.
Melihat jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah dari sungai akan terasa berbeda dibanding dengan melintas di atasnya. Jika beruntung akan melihat matahari jingga jatuh di hulu sungai ini, menghilang di balik rerimbunan. Sangat mengesankan, dan akan selalu datang dan datang lagi ke negeri istana.(adv)