SIAK (RIAUPOS.CO) - Penarik odong-odong di depan Istana Asserayah Alhasyimiah bernama Hasyim (23) pendapatannya menurun dratis. Biasanya sehari mendapat Rp200 ribu, kini mencari Rp50 ribu saja sangat sulit.
Berapa pun pendapatannya harus dibagi dua dengan pemilik odong-odong. Artinya endapatanjika mendapat Rp50 ribu, hanya memperoleh Rp25 ribu. Itu sudah seharian bekerja, dari pukul 10.00 WIB sampai pukul 21.00 WIB, karena ada jam malam.
"Biasanya kami sampai pukul 23.00 WIB, ada saja warga yang naik odong-odong. Kini ketika tempat wisata ditutup termasuk istana, sejak Ramadan lalu, semua menjadi berubah," ungkap Hasyim, ayah satu anak itu.
Dia mengaku asli Bengkalis, istrinya orang Siak, tinggal di Kampung Paluh, Kecamatan Mempura. Orangtuanya Tionghoa masuk Islam, saat ini dia juga Islam dan berjuang bertahan sebagai ayah. Dengan penghasilan yang menurun dan tanpa bantuan seperti ini, sebenarnya hubungan berumah tangga menjadi berbeda.
"Untung saja istri saya pengertian, dia kini tinggal bersama orang tuanya di Mempura, dan saya mengontrak di Siak. Setiap malam saya yang pulang ke rumah mertua," cerita Hasyim.
Terkait bantuan, dirinya sama sekali tidak berharap. Ibunya sejak kecil sudah mengajarkan untuk tidak berharap sama orang.
"Meminta kepada Tuhan, bekerja dan berdoa," sebut Hasyim. Apa yang dikatakan Hasyim, tak jauh beda dengan yang dialami Jon (35), juru parkir depan istana.(esi)
Laporan MONANG LUBIS, Siak