Terjebak dalam Bentuk

Seni Budaya | Minggu, 15 Juli 2018 - 11:14 WIB

Terjebak dalam Bentuk
Parade Tari Se-Riau 2018 di Anjung Seni Idrus Tintin Pekanbaru.

"Rata-rata, mereka berkarya, jika tidak untuk nge-job, ya untuk mengikuti festival. Hanya satu dua komunitas yang berani mementaskan karya mereka secara mandiri, di luar nge-job dan ikut lomba," ujar Iwan Irawan pada Riau Pos, Jumat (13/7) lalu.

Pengulangan-pengulangan

Baca Juga :Ribuan Warga Penuhi Wisata Pantai

Dipaparkan Iwan Irawan selaku salah satu dari lima juri/ dewan pengamat Parade Tari Se-Riau 2018, dari sembilan karya yang ditampilkan, hanya koreografer Rokan Hulu yang lebih unggul dalam penciptaan. Mengapa? Seluruh dewan pengamat sepakat bahwa karya Makan Bakuncah melebihi karya lain karena cerita dibangun dari muncul hingga usai saling berkaitkelindan. Menjadi satu kesatuan yang utuh dan lebih sederhana serta simpel. Tidak disibukkan dengan komposisi yang dirumit-rumitkan serupa atraksi gerak dan musik pengiring.

"Meskipun, karya Dasrikal ini masih jauh dari kata sempurna namun mereka sudah berupaya maksimal untuk menjadikan karya itu bagus dan menjadi satu kesatuan yang utuh. Memang tema yang diangkat masih terbilang ringan dan sekitar pesta-pesta adat," jelas Iwan.

Sementara itu, kebanyakan dari koreografer lain, mengangkat tema yang hampir sama yakni perihal adat sekitar nikah-kawin orang Melayu di daerah masing-masing. Sedang cerita melalui gerak yang dibangun tidak menjadi satu kesatuan. Misalnya, tradisi yang digarap menjadi koreografi hanya dibagian awal dan akhir. Sedang bagian tengah hanya bentuk-bentuk komposisi yang tak berkait dengan tema utamanya.

"Ini yang kami (juri/ dewan pengamat) maksudkan dengan jebakan bentuk. Para koreografer asyik bermain bentuk, lalu lupa pada maksud yang ingin di sampaikan. Selain itu, karya mereka hanya berupa pengulangan-pengulangan saja," ucap Iwan filosofis.

Tidak sampai di situ, pada unsur musik pengiring, juga berupa atraksi-atraksi bunyi. Bahkan, gerak dan bunyi kerapkali tidak saling mengisi alias jalan masing-masing. Nah, di sinilah karya tari memerlukan konsep penciptaan dari seorang koreografer. Sebab seorang koreografer adalah kunci utama yang menyatukan semua unsur dalam penciptaan karya menjadi satu kesatuan.

"Seorang koreografer tidak sekadar menciptakan gerak. Koreografer harus mampu memahami dan menyatukan semua unsur pemanggungan, termasuk dekorasi dan pencahayaan. Lebih utama, tak perlu menambah karya dengan dialog seperti yang biasa dalam teater. Cukup gerak dan yakinkan bahwa gerak itu bisa ditangkap sebagai pesan yang ingin sampaikan. Ciptakan gerak yang bermakna dan jangan sampai terjebak pada bentuk-bentuk belaka," katanya meyakinkan.

Iwan juga mengharapkan, koreografer mulai berpikir dan bekerja keras untuk membina penari. Tujuannya agar saat parade atau event selanjutnya sang koreografer tidak melibatkan penari dan pemusik ’comot sana - comot sini’.

Usul Saran

Parade Tari Se-Riau yang ditaja pemerintah daerah setiap tahun juga belum membangkitkan spirit insan tari. Padahal tujuan utama dari perhelatan itu memang demikian. Mengapa?









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook