OLEH ZUARMAN AHMAD

Untuk yang Terhormat, Budaya: Sahabat Saya Dr Kamsol

Seni Budaya | Minggu, 22 November 2015 - 00:42 WIB

AKU, sepertinya harus melanggar pendapat dan petuah seorang kawan dan pernah menjadi murid saya yang sudah menjadi dosen, untuk tidak lagi merisaukan pembangunan seni dan budaya Melayu Riau tempat saya lahir dan dibesarkan ini.

Dalam Public Hearing Naskah Akademis dan Bahan Ranperda “Perkokoh Jati Diri dengan Pelestarian Budaya dan Nilai-nilai Tradisi Melayu, yang diselenggarakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau dan Riau Pos, sahabat saya Dr Kamsol, ketika masih kuliah yang sama-sama main Band mengharapkan pikiran-pikiran tentang Ranperda ini untuk dikirimkan ke email-nya, namun maafkan saya sahabat, karena pikiran-pikiran saya dalam tulisan ini mungkin harus diketahui oleh publik (kalau saya dikatakan narsis, saya terima dengan sukacita), maka inilah pikiran saya.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Sahabatku! BUDAYA, dalam bahasa Arab disebut dengan Adab, berarti “himpunan kualitas-kualitas baik”. Al-Hujwiry mendefinisikan budaya (adab) menurut kaum sufi sebagai “hidup dengan kualitas-kualitas terpuji”, dan diterangkan lagi sebagai “bertindak dengan benar terhadap Tuhan – ketika di depan umum maupun ketika sendirian”.

Menilik pengertian yang ditakrifkan Al-Hujwiry ini, aku, sepertinya tak yakin lagi, tentang pembangunan kebudayaan kita (Riau), meskipun pemerintah Provinsi Riau mendirikan (istilah Fakhrunnas: menumbuhkan) Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Riau. Sikap skeptis yang dilontarkan oleh Fakhrunnas dalam tulisannya “Menimbang-nimbang Dinas Kebudayaan” (Riau Pos, Jumat, 13 November 2015), mungkin juga sikap para budayawan dan seniman Riau umumnya, atau kalau tidak mau paling kurang sikap saya yang juga skeptis. Bahwa, siapa calon “nakhoda” atau kepala dinas-nya, siapa pegawainya, bagaimana nomenklatur-nya, dan lain-lain dan lain-lain persoalannya.

Pertanyaan lain tentang dinas budaya yang akan didirikan oleh Provinsi Riau ini, yaitu, apa dan siapakah yang akan diurus oleh dinas kebudayaan ini? Apa jaminannya jika dinas kebudayaan ini dibuat maka seni dan budaya akan lebih baik dari sebelum dinas ini didirikan?

Sahabatku! Bahwa, yang diperlukan oleh budayawan, seniman, budaya dan seni itu hanyalah persoalan klasik yang sejak dari dahulu, yakni dana dan prasarana. Mari berkaca pada lembaga lain, misalnya Departemen Pemuda dan Olahraga dan dinas-dinasnya yang terakit di provinsi dan kabupaten kota. Pada lembaga ini juga terdapat dua pengelolaan, yakni kepemudaan dan keolahragaan.

Tapi, tengoklah, semuanya berjalan dengan harapan pemuda dan olahragawan, meskipun tidak sepenuhnya sempurna, karena harapan yang satu ini nampaknya di Indonesia berkaitkelindan dengan harapan yang lain, mungkin adab dalam pengertian Al-Wujwiry di atas. Kenapa harapan ini agak memenuhi impian pemuda dan olahragawan? Pertama, organisasi kepemudaan dan organisasi olahraga dan seluruh cabang-cabangnya secara resmi diatur dan sepenuhnya bernaung dalam Departemen Pemuda dan Olahraga beserta dinas-dinasnya. Kedua, sarana dan prasarana, seperti gedung-gedung kantor dan latihan tersedia dan disediakan, beserta pendanaan yang kontinyu.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook