PERTEMUAN ZAPIN

Zapin Arab dan Zapin Melayu

Seni Budaya | Minggu, 22 November 2015 - 00:05 WIB

Zapin Arab dan Zapin Melayu

DUA  bentuk tarian zapin bertemu di atas panggung. Zapin Arab dan Zapin Melayu.

Pertemuan itu berlangsung, Kamis (12/11) di Gedung Olah Seni (GOS) Taman Budaya Riau. Zapin Arab menjadi persembahan rombangan seni yang diusung Taman Budaya DKI Jakarta. Sedang Zapin Melayu khusus dipersembahkan Sanggar Tengkah Zapin asal Kota Bertuah Pekanbaru.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Kunjungan yang difasilitasi UPT Museum dan Taman Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau itu dikemas dalam tajuk Eksperimentasi Seni Budaya Betawi. Sesuai tajuknya, rombongan dari Jakarta itu hendak menawarkan satu bentuk sajian seni tari yang diharapkan menambah khazanah seni tari pada masyarakat Betawi.

Zafin Betawi, demikian mereka menyebutnya. Sedangkan Sanggar Tengkah Zapin sebagai grup tuan rumah, menyajikan tarian zapin tradisi asal Meskom, Kabupaten Bengkalis di hadapan para pengunjung. Pertemuan dua tarian yang sesungguhnya memiliki akar serupa itu bukanlah kali pertama. Banyak helat di tingkat nasional dan regional yang mengusung tema pertemuan tari yang mengedepankan gerak kaki ini. Pertemuan dan dialog kreatif yang terjadi di panggung hari itu, terasa akrab karena hanya berfokus pada dua bentuk tari saja.

Para pengunjung yang terdiri dari para pekerja tari, seniman dan mahasiswa dengan jelas dapat menyaksikan sekaligus membandingkan serta memperkaya pengetahuan tentang seni tari yang memang sudah sangat lama berkembang di Indonesia. Ditambah lagi dengan sesi diskusi yang diselenggarakan usai pentas digelar. Dua orang pembicara dari DKI Jakarta yang berperan sebagai penata musik dan koreograferya, Nursirwan dan Abuzar. Didampingi pembicara dari Riau, SPN Iwan Irawan Permadi dan Tengku Rahimah.

Zapin merupakan salah satu dari beberapa jenis tarian Melayu yang masih tumbuh dan berkembang hingga sekarang. Tarian ini berasal dari kosakata Arab yaitu “Zaffan” yang berarti penari dan “Al-Zafn” atau gerak kaki. Konon, tarian ini diilhami oleh peranakan Arab yang berasal dari Yaman. Diperkirakan pada abad ke 16, tarian ini dibawa oleh pedagang Arab yang kemudian merebak ke negeri-negeri di sekitar Johor, mulai Riau, Singapura, Serawak hingga Brunei Darussalam.

Sedangkan Zapin masuk ke Nusantara, sejalan pula dengan berkembangnya Islam sejak abad ke 13 Masehi. Tarian ini memang berkembang dan dilestarikan di kalangan masyarakat pemeluk Islam. Oleh karenanya, tarian ini bisa ditemukan peta penyebarannya di seluruh pesisir Nusantara, mulai dari pesisir Sumatera, Riau, dan Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan hingga Selatan Jawa. Bahkan Zapin masih pula bisa ditemukan di Mataram, Sumbawa, Maumere, serta seluruh pesisir Kalimantan, Sulawesi Selatan, Brunei Darussalam, Malaysia sampailah Singapura.

Di nusantara, kata koreografer senior asal Riau, Iwan Irawan Permadi, zapin dikenal dalam dua jenis. Pertama Zapin Arab, yang mengalami perubahan lamban dan bentuknya masih dipertahankan masyarakat turunan Arab. Jenis keduanya adalah Zapin Melayu yang disokong masyarakat baik dari para tari lokal yang selalu disesuikan dengan lingkungannya. “Zapin Arab dikenal dalam satu gaya sedang Zapin Melayu sangat beragam dalam gayanya. Di Riau misalnya, ada enam daerah yang memiliki tari zapin, di mana setiap daerah memiliki kekhasan masing-masing,” ujar Iwan Irawan.

Apa yang disampaikan Iwan, dengan jelas pula dapat disaksikan pada pertemuan yang berlangsung sore hingga menjelang malam itu. Ke tiga karya dari rombongan DKI Jakarta menari dengan gaya dan kekhasan mereka. Diterangi aneka lampu warna-warni, para penari yang notabene terdiri dari para lelaki itu, menari riang gembira dan penuh semangat. Tengkah musik aransment yang mengiringi pun sangat bervariasi, meski tetap diisi dengan sholawat oleh beberapa penyanyi.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook