PERTEMUAN ZAPIN

Zapin Arab dan Zapin Melayu

Seni Budaya | Minggu, 22 November 2015 - 00:05 WIB

Zapin Arab dan Zapin Melayu

Kendati tampak menekankan gerak pada langkah kaki, para penari yang hampir keseluruhannya merupakan turunan dari Arab itu, bergerak lincah dalam setiap pola gerakannya. Sedangkan pola lantai yang mereka buat, tidak hanya maju dan mundur layaknya tari Zapin Melayu. Dalam beberapa kesempatan, para penari membentuk lingkaran sembari menunjukkan kebolehan satu per satu dari masing-masing penari.

Riang gembira yang terpancar dari raut muka penari selari dengang gerakan yang mereka lakukan. Diakui sang koreografer, Abuzar  bahwa tari “Zafin”, begitu mereka menyebutkannya, bagi keturunan Arab yang hidup di beberapa titik di Jakarta merupakan tarian pergaulan. Tarian ini digelar semula hanya  untuk kalangan Arab Saja. Terutama apabila ada acara maulud, pernikahan dan khitanan.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

“Ya, begitulah kami dari keturunan Arab masih menjaga dan melestarikan tarian yang merupakan warisan dari orang terdahulu. Dan awalnya sangat tertutup bahkan beberapa keturunan Arab yang masih bermukim di Jakarta seperti di Pasar Minggu, Condet, Kebun Nenas, masih mempertahankan itu,” terang Abuzar yang juga merupakan keturunan Arab tersebut.

Tetapi apa yang dipergelar di Bumi Lancang Kuning hari itu, tidaklah Zapin Arab seperti yang dimaksudkan. Karena gerak dan musik pengiring sudah dikreasikan bentuknya. Yang aslinya menurut penuturan Abuzar tidaklah selincah seperti yang sudah diperagakan. Zapin Arab yang masih bersifat tertutup itu ditarikan oleh beberapa penari lelaki, sesuai dengan jenis atau judul tarian.  Seperti misalnya, tari yang berjudul Zahepa atau bermakna perang ditarikan oleh khusus laki-laki saja. Kemudian ada lagi yang disebut dengan tarian Syara atau kegembiraan, juga ditarikan oleh kaum pria. Sedangkan sebuah tarian yang berjudul Hadramu dari Yaman, tarian ini bisa ditarikan oleh laki-laki semua, ada pula berpasangan laki-laki dan perempuan.

“Tarian itu sendiri awalnya merupakan tari pergaulan, berpijak dari sikap penghormatan kepada Syaidina Husen dan Hasan, cucu Rasulullah. Makanya ada gerakan yang disebut Tahto, sembah maju dan mundur. Sedangkan tarian yang kami pentaskan ini, sebuah tari kreasi yang berpijak dari gerak Zafin Arab itu. Tujuan hanya untuk memperkenalkan bahwa tari jenis ini di Jakarta, sangat kental dengan pengaruh Arab. Dan yang perlu diketahui, tari ini awalnya dibawa oleh para pedagang Arab untuk dakwah, penyebaran agama,” ujarnya.

Dalam hal itu, tentulah tidak jauh berbeda dengan keberadan tari Zapin Melayu di Riau, bahwa tarian yang popular di beberapa daerah di Riau ini bermula dari kepentingan syiar agama. Lalu kemudian berkembang pada fase berikutnya sebagai tari penyambut tamu, dan terakhir tari Zapin digelar untuk mengisi pertemuan-pertemuan tertentu sebagai seni pertunjukan.

Seperti yang dijelaskan Tengku Rahimah, yang membedakan antara Zapin Arab dan Melayu adalah pada langkahnya. Zapin Melayu Riau, pada langkah yang dijaga adalah kesantunan. Oleh karennya dulu ada yang menyebutkan untuk melihat kesantunan seorang lelaki, lihat dia menari Zapin di atas tikar atau permadani.(fed)

Bagi penari zapin yang piawai, selama dia menari, tikar atau permadani itu tidak akan bergerak atau berkerut.

Dipahami Tengku Rahimah juga, tarian yang dipergelarkan rombongan DKI Jakarta adalah tari kreasi yang merujuk dari negara Arab atau tari zapin dari Malaysia juga demikian.

Berbagi Pengalaman Kreatif

Riau menjadi pilihan tempat dan tujuan dari program Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta dalam kegiatan yang diberi nama Eksperimentasi Seni Budaya Betawi karena menurut pimpinan rombongan, Taufik Ahmad Riau sangat kental dengan kultur Melayunya. Ditambah pula, keberadaan tari Zapin di Riau juga cukup berkembang. “Akar zapin itu kan berasal di Bumi Lancang Kuning ini,” ujarnya.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook