SAJAK

Sajak-sajak Reski Kuantan

Seni Budaya | Minggu, 20 Maret 2016 - 00:28 WIB

BAGIKAN



BACA JUGA


Malam Bujang

:Nie Dori

Oi kawan,

ini tuak kudatangkan dari jauh

lebih jauh ketimbang masa muda yang tak

habis-habis

bikin kangen dan tangis

ciciplah sedikit

biar kedukaan itu ke dadaku.

Jika dadaku tak cukup kuat bagi dukamu

maka teriakan pada hening Kuantan

atau tebing dingin ini malam.

Lagi malam panjang

mata kailmu dan ikan-ikan

nasib baik siapa tahu

kita panen belido seukuran perahu

biar kukabarkan pada Munthe dan Kuntet

atau gadis yang kau kangeni itu

mereka yang selalu saja terlambat.

Atau biar kukabarkan pada apa saja

yang tak sekali-kali bicara

dan paham tentang cinta

sebab padanya

kau bebas bercerita

sebab murung dan duka

tak membawamu ke mana-mana.

Kuansing; 2016

Lukaku Berkata

Lukaku berkata

kataku berdarah

pada senyap ia bicara.

Kuajak lukaku itu bernyanyi

senyap ikut menari

kami begitu akbab

detak sepatu dan ingatan yang nyeri.

Lukaku berkata

kataku berlayar

mencari bandarnya sendiri.

Malam mendaki berat

puisi-puisi melipat diri dalam sekarat

tak kujumpai apa-apa lagi

kecuali lukaku sendiri.

Telah kukenal luka bertahun-tahun

serupa aku mengenal sakit pada lambung

juga kata-kata

yang tak lagi dapat menyampaikannya.

Sebab luka

sebab kata

senyap saja yang mampu memaknainya

sedang aku pelabuhan bisu

maka berlabuhlah kapalmu

gantikan lukaku.

Kuansing; 2016

Domba Kecil di Gurun

Kutabahkan kejadianmu

dalam peram cemasku

yang tetas dalam tanya itu

bagaimanakah andil Tuhan?

Sejauh mata memandang

terik gemerisik hari nyalang

membakar tanah gersang

mengubur hidup yang jalang.

Oi diriku

domba kecil di gurun

tersesat dan disesatkan

badai kehidupan.

Ketika udara masih kuhirup

merayap darahku dalam degup

segera aku tunduk

takjub dan takluk

ke kau telah kuserahkan.

Kuansing; 2016









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook