Kidung Batang-Batang
Tinggal kedip mata di remang malam
Jalan tak lagi panjang, hanya sejengkal ke pelabuhan
Di dadaku ratusan gelombang bersatu
Membentuk menara waktu
Pesisir semerbak bangkai ikan
Perahu-perahu terayun rindu larung
Kasur pasir terhampar di kamar lengang
Legung bersandar pada dinding pualam
Tanah buaian dirampas kemarau panjang
Tangan-tangan rapuh terentang di bawah matahari siang
Sebagai lelaki aku bekerja
Sebagai perempuan akusetia
Di punggungku semua jalan tak pernah buntu
Sawah dan ladang, laut dan bukit
Segala sakit akan tumpas di mata celurit
Semua duka akan sirna di ujung doa
Ambil bajak gemburkan tanah, kuburkan setiap resah
Tembakau-padi telah berjanji, memberi napas paling puisi
Gadis-gadis peniup api tungku
Tetap setia mengukus jiwa yang layu
Biar mata pedih bibir ngilu
Angkat jangkar layarkan sampan
Lihatlah ketabahan ombak lautan
Berhilir dari tengah samudera ke tepi pantai
Hanya untuk mengirim kabar, tentang nelayan kedinginan
Bila malam cukup terang
Kuhampar tikar pandan, kukenang wajah moyang
Keriap daun siwalan sayup-sayup bagai tangisan
Bintang nenggala hijrah ke selatan
Isyarat langit segera hujan
Musim menebar pujian
pada garam, tembakau, padi
yang menyimpan hangat napas petani
Tubuhlegam dilumuri batu kapur
Tampak pucat bagai mayat
Melangkah di jalan-jalan aspal
Lambaikan tangan padaku:
Ibu yang takut pada gincu
Ayah yang pantang memuja seberang
Banyak kusaksikan rumah megah
Pagar menghadang begitu gagah
Seolah berkata pada pejalan
: Beri jarak sejauh sumur dan bulan
O, langit malam
Kenapa tak kudengar lagi suara bocah mengaji
Langgar-langgar dipungut sunyi
Jam bintang. Jam matahari
Hilang dari langit puisi
Pecinan berdoa di kubur leluhur:
Jumat pagi-Jumat senja
Kembang kamboja gugur bersama
Titian batang kelapa di sungai kecil
Ibarat legam lengan petani
Air mengalir biarkan ke hilir
Riciknya adalah nada-nada zikir
Nyabakan purnama membakar dupa
Ruh batu-batu moksa
Penandak berdiri tegak di hulu makam
Para Bajing menangkap angin di cungkup lengang
Kembang tujuh rupa kutebar sepanjang jalan
Angin ganas menampar daun-daun ketapang
Anak-anak layangan lari menggiring malam
Berselempang angan, nasib buruk, yang terus memanjang
Tapi kutahu pagi akan jelang
Seiring cericit burung pada dahan
Seperti jalan yang tak panjang
Akan melahirkan ribuan cabang
Piyungan, 2015