Kidung Perkabungan
-Maktum Jauhari
Dari seberang kudengar kabar kau pulang
ke muasal rahim paling kadim
penjara sukma tanpa kisi dan jendela
ruang hampa tempat lupa bau cuka
Usia memang bukan hitungan angka pada almanak
Kutahu karena bagiku kau seorang bijak
Dan telah kusaksikan ribuan tapak jejak
abadi, melebihi kata dalam sajak
Masih kudengar getar suaramu syahdu
Memantul dari kedalaman ruang dan waktu
Kadang luruh di muara subuh
Tuntun aku ke dunia ruh
Kau bagai kubah hijau, jadi suar nelayan pulau
kompas bagi ribuan perantau
Matamu matahari, tanganmu batang pohon jati
Dadamu lapang tanah ladang
Setia mendekap setiap yang sesat
mencari alamat para malaikat
Sekali kau bicara, magma dadaku nyala
Sekali kau tiada, musim penghujan tiba
Umpama sebuah gema, kau bukan suara,
gong atau angin. Tapi tangan yang setia mengabarkan
keindahan nada-nada semesta
Selamat jalan, Tuan. Semoga sampai di pelabuhan
Bagimu kuhaturkan salam, setakzim batu-batu nisan
Piyungan, 2016
Kamil Dayasawa, lahir di Sumenep, 05 Juni 1991. Alumni PP. AL-AMIEN PRENDUAN, Sumenep dan Mahasiswa Sejarah dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya-UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Puisinya termaktub dalam antologi: Estafet (2010), Akar Jejak (2010), Memburu Matahari (2011), Sauk Seloko (2012), Ayat-Ayat Selat Sakat (2013), Bersepeda ke Bulan (2014), Bendera Putih untuk Tuhan (2014) dan Pada Batas Tualang (2015).