SAJAK

Sajak-sajak Kamil Dayasawa

Seni Budaya | Minggu, 17 Januari 2016 - 10:57 WIB

BAGIKAN



BACA JUGA


Kidung Perkabungan

-Maktum Jauhari

Dari seberang kudengar kabar kau pulang

ke muasal rahim paling kadim

penjara sukma tanpa kisi dan jendela

ruang hampa tempat lupa bau cuka

Usia memang bukan hitungan angka pada almanak

Kutahu karena bagiku kau seorang bijak

Dan telah kusaksikan ribuan tapak jejak

abadi, melebihi kata dalam sajak

Masih kudengar getar suaramu syahdu

Memantul dari kedalaman ruang dan waktu

Kadang luruh di muara subuh

Tuntun aku ke dunia ruh

Kau bagai kubah hijau, jadi suar nelayan pulau

kompas bagi ribuan perantau

Matamu matahari, tanganmu batang pohon jati

Dadamu lapang tanah ladang

Setia mendekap setiap yang sesat

mencari alamat para malaikat

Sekali kau bicara, magma dadaku nyala

Sekali kau tiada, musim penghujan tiba

Umpama sebuah gema, kau bukan suara,

gong atau angin. Tapi tangan yang setia mengabarkan

keindahan nada-nada semesta

Selamat jalan, Tuan. Semoga sampai di pelabuhan

Bagimu kuhaturkan salam, setakzim batu-batu nisan

Piyungan, 2016

Kamil Dayasawa, lahir di Sumenep, 05 Juni 1991. Alumni PP. AL-AMIEN PRENDUAN, Sumenep dan Mahasiswa Sejarah dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya-UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Puisinya termaktub dalam antologi: Estafet (2010), Akar Jejak (2010), Memburu Matahari (2011), Sauk Seloko (2012), Ayat-Ayat Selat Sakat (2013), Bersepeda ke Bulan (2014), Bendera Putih untuk Tuhan (2014) dan Pada Batas Tualang (2015).









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook