SIAK (RIAUPOS.CO) - Sebanyak 15 peserta dari Kabupaten Siak, Kepulauan Meranti, dan Pelalawan, mengikuti Pelatihan dan Pendampingan Penulisan Novel 2020 yang diselenggarakan di Siak. Ini adalah kegiatan pelatihan penulisan novel yang pertama kali dilakukan di Kabupaten Siak. Kegiatan dipusatkan di Aula SMAN 1 Siak.
Menurut salah seorang inisiator kegiatan ini, Puguh Sutrisno, inisiatif untuk menyelenggarakan pelatihan dan pendampingan menulis novel ini datang setelah dia bertemu dengan beberapa sastrawan dan seniman Riau di Siak, beberapa waktu sebelumnya. Mereka ngobrol sambil ngopi di Water Front City Siak. Mereka adalah Hary B Koriun, Marhalim Zaini, Zulkarnain Al Idrus, dan beberapa orang lainnya.
Setelah berbincang-bincang ke sana-sini, akhirnya mereka sepakat melakukan beberapa kegiatan untuk meramaikan dunia seni dan sastra di Siak. Salah satunya adalah menyelenggarakan Pelatihan dan Pendampingan Penulisan Novel dengan narasumber Hary B Koriun.
"Mas Hary saya kira sangat berkompeten karena sudah melahirkan 7 novel dan menjadi narasumber tentang penulisan prosa di mana-mana," ujar Puguh.
Puguh kemudian menggunakan jaringannya, yakni simpul guru. Ternyata yang berminat cukup banyak. Tidak hanya dari Siak, tetapi juga dari Pelalawan dan Kepulauan Meranti. Mulanya peserta dibatasi 20 orang agar proses pendampingannya maksimal. Namun menjelang hari H, kata Puguh, ada 5 peserta yang mengundurkan diri sehingga kini pesertanya menjadi 15 orang.
"Saya sangat salut karena ada peserta yang datang dari jauh dan sangat antusias dan serius mengikuti kegiatan ini. Semoga hasil nyatanya nanti terlihat," ujar salah seorang novelis sastrawan asal Siak ini.
Target Akhir: Menjadi Naskah Novel
Terpisah, narasumber kegiatan ini, Hary B Koriun, menjelaskan, konsep pendampingan dalam kegiatan ini adalah pada hasil akhirnya, yakni para peserta benar-benar melahirkan naskah novel saat pelatihan berakhir.
Dalam kegiatan ini, akan ada enam kali pertemuan. Setelah pertemuan pertama yang diselenggarakan pada Sabtu (11/1/2020), para peserta harus menulis satu bab setiap pekannya. Masing-masing bab tersebut nantinya akan didiskusikan dengan narasumber untuk perbaikan, pemolesan, dan hal-hal lain sebagai masukan.
Dengan begitu --selalu menulis satu bab setiap pekan-- di akhir kegiatan, pada pertemuan keenam, para peserta sudah memiliki lima bab. Lima bab tersebut, menurut Hary, sudah bisa menjadi satu novel.
"Jika satu bab minimal 20 halaman spasi dua, maka hingga akhir kegiatan masing-masing peserta sudah punya 100 halaman naskah. Ini sudah menjadi satu novel. Ya bisa saja jadi novelet (novel pendek, red). Tinggal disunting dan dipoles," jelas pemenang Ganti Award 2005 ini.
Ditambahkan penulis novel Nyanyi Sunyi dari Indragiri ini, dirinya hanya membantu para penulis dengan mendampingi dan jadi tempat tukar pikiran tentang bagaimana mengembangkan ide menjadi novel para peserta. Kunci jadi atau tidaknya novel, akan tergantung para para peserta.
"Kalau mereka punya keinginan kuat untuk menulis, sesulit apa pun pasti bisa. Saya hanya memberi motivasi dan mencarikan jalan keluar kalau mereka buntu atau tak bisa mengeluarkan ide-ide yang adalam dalam pikiran ke dalam tulisan," jelas editor riaupos.co ini.
Hary berharap semua peserta dalam pelatihan dan pendampingan ini nantinya akan mampu menyelesaikan satu novel di pertemuan terakhir kegiatan. Menurutnya, ini penting karena hasil akhir dari kegiatan ini adalah menghasilkan satu naskah novel, meskipun pendek.
"Melihat antusiasme para peserta, saya yakin mereka akan bisa menyelesaikan satu novel setelah kegiatan ini," jelas Hary lagi.
Editor: Firman Agus