PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Ide penciptaan sebuah karya, terutama kesenian, bisa berasal dari mana saja. Termasuk dari berbagai tradisi yang mengakar kuat di masyarakat.
Senin (9/4/2018), Weldy Syaputra mendedahkan proses kreatifnya yang mengangkat nilai-nilai tradisi dalam Bincang Karya bertajuk "Diskusi Ritual Bulean sebagai Ide Penciptaan Komposisi Musik Orkestra" di Rumah Kreatif Suku Seni Riau.
Bersama pemantik disuki, Benny Andiko, Weldy berbicara soal Ritual Bulean yang digubahnya menjadi karya musik (orkestra). Kepala Suku Seni Riau Marhalim Zaini dalam kata sambutannya mengapresiasi karya yang dihasilkan oleh alumnus Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang tersebut.
"Penciptaan bukan emosi saja, tapi nalar juga. Saya berharap diskusi menghasilkan perbincangan kreatif," kata Marhalim.
Adapun Weldy dalam pemaparannya mengatakan dirinya membuat karya orkestra setelah melihat ritual pengobatan tradisional suku Talang Mamak, yakni Bulean. Karya itu dipentaskan untuk ujian tesis (S2) di ISI Padang Panjang.
"Saya pernah hidup dekat dengan suku Talang Mamak. Itu alasan penciptaan karya ini. Konsep penciptaan, saya ambil menurut Bambang Sunarto. Bulean itu sendiri ritual untuk penyakit yang tak bisa disembuhkan medis," ucap Weldy.
Selanjutnya, tahapan-tahapan ritual itu, kata dia, dianalogikannya menjadi sebuah karya musik (orkestra). Dari karya itu, dia memandang filosofi Bulean sebagai sesuatu yang dibuat, itu lah yang didapat.
Sementara itu, Benny yang menjadi pemantik diskusi menyatakan bahwa ada sesuatu yang rumit dan hal-hal tak masuk akal yang terjadi selama proses penggarapan karya tersebut.
"Namun, hal-hal yang tak rasional itu saya kira terjadi bukan hanya karena adanya kekuatan mistis, tetapi juga karena faktor-faktor lain," ungkapnya.
Weldy menambahkan, terkait karyanya, kadar estetik tiap orang berbeda soal bunyi.
Di sisi lain, karena bukan ranah akademis lagi, dia mengaku mencoba mencari bagaimana selera masyarakat terkait karya orkestra itu.
Bincang Karya merupakan kegiatan diskusi seni yang rutin digelar Suku Seni Riau tiap Senin malam. Ini adalah penyelenggaraan kali kedua dan sejumlah peserta diskusi yang terbuka untuk umum ini rata-rata merupakan pekerja dan pecinta seni dan mahasiswa di Kota Pekanbaru. (bru)