SIAK (RIAUPOS.CO) -Revitalisasi tadisi lisan nyayian pengantar tidur anak adalah suatu proses, cara, dan perbuatan untuk menghidupkan kembali tradisi yang sebelumnya terbedaya. Upaya revitalisasi diperlukan sebagai kesadaran untuk menghidupkan kembali tradisi yang kaya akan nilai-nilai kearifan lokal.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Siak, H Lukman SSos MPd menjelaskan hal itu saat membuka acara “Revitalisasi Nyanyian Pengantar Tidur Anak di Kabupaten Siak”, di salah satu hotel Siak Sriindrapura, Selasa (6/8).
Menurut Kadis, dirinya sangat mengapresiasi kegiatan revitalisasi yang dilakukan Balai Bahasa Riau, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) yang bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Siak dari tanggal 5-7 Agustus 2019.
Dalam acara yang diikuti 50 peserta dari 10 sekolah setingkat SMP/MTs se Kabupaten Siak ini, Lukman menyadari pentingnya tradisi lisan untuk dihidupkan kembali. Sebab, kebudayaan merupakan insfrastruktur lunak yang melekat pada diri bangsa.
“Selama ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Siak sudah melakukan sejumlah upaya untuk menghidupkan kebudayaan. Salah satunya dengan mengadakan lomba-lomba bersayair, zapin, musik, dan senandung menidurkan anak beberapa waktu lalu. Saat ini kita juga menyiapkan pengadaan alat musik untuk 14 kecamatan di Kabupaten Siak,” kata Lukman.
Untuk itu, dia mengajak setiap sekolah mengidupkan tradisi lisan atau hal-hal yang terkait dengan kebudayaan yang ada di Kabupaten Siak.
Sementara itu Kepala Balai Bahasa Riau Drs Songgo A Siruah MPd, menjelaskan, revitaliisasi Nyanyian Pengantar Tidur Anak merupakan bagian dari sastra. Revitalisasi itu penting dilakukan, kata Songgi, sebab, sastra memiliki fungsi menghibur, mendidik dan menginspirasi. Jadi sangat diperlukan apaya untuk menghidupkan kembali tradisi. Contonya, syair yang punya pesan dan nilai.
Untuk itu Songgo menekankan pentingnya upaya revitalisasi sebagai upaya pelestrian tradisi.
“Ini adalah kekayaan lokal milik masyarakat Siak. Balai Bahasa Riau mengajak semua pihak untuk peduli dalam kegiatan tersebut. Sekolah bisa saja menjadikan kegiatan pelestarian tradisi lisan dalam kegiatan ekstra di sekolah,” kata Songo yang juga menyebutkan bahwa tradisi ini daya hidupnya sudah mulai lemah. Ini hasil penelitian Balai Bahasa Riau tahun 2017 lalu.
Kegiatan diikuti oleh 50 dari 10 sekolah yang ada di Siak. Masing-masing sekolah mengirimkan 4 orang siswa dan satu orang guru. Kegatan yang berlangsung selama 3 hari berbentuk pelatihan Nyanyian Pengantar Tidur Anak melatih siswa dan guru untuk bisa menjadi pelaku penyanyian dan pada akhir kegiatan setiap sekolah diberikan kesempatan tampil di depan narasumber dan pembimbing.
Hadir sebagai narasumber adalah Winda Harniati MPd, Erni MPd, dan Drs Songgo A.Siruah MPd.
Laporan: Hary B Koriun
Editor: Firman Agus