RESIDENSI KE NTT

Pemimpin Redaksi Riaupos.co Terpilih dalam Program Sastrawan Berkarya

Seni Budaya | Minggu, 07 April 2019 - 01:37 WIB

Pemimpin Redaksi Riaupos.co Terpilih dalam Program Sastrawan Berkarya
HARY B KORIUN (DOK. RIAUPOS.CO)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Pemimpin Redaksi Riaupos.co yang juga salah seorang prosais (penulis novel dan cerpen), Hary B Kori’un, terpilih sebagai salah satu sastrawan yang lolos dalam program Sastrawan Berkarya ke Wilayah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T) 2019. Program ini ditaja oleh Badan Pengembangan dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Dalam rilis yang dikeluarkan di laman badanbahasa.kemendikbud.go.id, Hary bersama 7 sastrawan lainnya yang lolos kurasi, akan melakukan residensi (tinggal sementara waktu) di berbagai daerah 3T tersebut selama 30 hari. Setelah itu, sekembalinya dari sana, mereka diwajibkan menulis buku dalam bentuk karya jurnalisme sastrawi.

Hary sendiri ditempatkan di Kabupaten Sabu Raijua, di Pulau Sabu, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sedang tujuh sastrawan lainnya adalah Agit Yogi Subandi (Lampung ditempatkan di Sampang, Jawa Timur), Mutia Sukma (Yogyakarta ke Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat), dan Eko Triono (Yogyakarta ke Parigi Moutong, Sulawesi Tengah). 
Baca Juga :Warsidi

Kemudian Setia Naka Andrian (Jawa Tengah ke Polewali Mandar, Sulawesi Tengah), Faisal Syahreza (Jawa Barat ke Boalemo, Gorontalo), Aksan Takwim (Banten ke Seruyan, Kalimantan Tengah), dan Suparlan (Jawa Timur ke Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat).

Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Dr Hurip Danu Ismadi, menjelaskan, mereka yang terpilih itu merupakan hasil seleksi ketat dari dokumen yang dikirim oleh peserta yang kemudian dikurasi oleh tim kurator yang dibentuk oleh lembaganya.

Hary  mengaku senang bisa terpilih dalam program ini. Sebab tahun lalu dia juga ikut melamar, tetapi tak lolos. Baginya, program ini penting dalam proses belajar bagi dirinya yang seorang penulis karya sastra sekaligus wartawan. Sebab, katanya, jurnalisme sastrawi yang saat ini berkembang pesat, bukanlah jenis satrawi yang mudah dalam hal penulisannya --karena menggunakan kaidah sastra, terutama novel/cerpen-- maupun dalam pengambilan data.

"Ini kesempatan langka bagi saya. Saya berharap pada prosesnya nanti semua berjalan langka," ujar penulis puluhan buku, termasuk 7 novel ini.

Tentang penempatannya yang sangat jauh di sebuah pulau terpencil di atas Benua Australia tersebut, Wakil Ketua PWI Riau  ini merasa  hal itu sebagai sebuah tantangan tersendiri. Menurutnya, dia akan merasakan tinggal dan berhadapan dengan orang-orang baru dengan budaya dan kebiasaan hidup yang sangat berbeda.

"Saya senang karena saya akan mendapatkan pengalaman menarik yang tidak semua orang dapatkan. Saya akan menikmati dan membuktikan sendiri bagaimana hidup di tengah keberagaman, sebagai orang minoritas, di salah satu tempat yang menjadi bukti kekayaan budaya Indonesia. Ini merupakan tantangan tersendiri bagi saya," ujar lelaki yang pernah mengajar matakuliah Jurnalisme Sastrawi di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Suska tersebut.

Kata Hary, proses seleksi memang cukup ketat karena selain sang peserta harus sudah memiliki buku sastra --novel, buku puisi tunggal, atau kumpulan cerpen tunggal-- juga ada syarat lain, yakni selama rentang lima tahun terakhir karya sastranya harus dimuat di media nasional. Itu baru syarat administrasi.

Banyak sastawan ternama yang ikut mendaftar gugur di seleksi administrasi. Kebanyakan dari mereka, meskipun punya buku-buku sastra seperti yang di sebut di atas, namun sudah tak menulis karya sastra (biasanya cerpen atau puisi) di media nasional.

"Saya beruntung masih menulis cerpen di beberapa media nasional dalam beberapa tahun ini," ujar pemenang Ganti Award 2004 --lomba menulis novel tingkat Riau-- ini.

Terpisah, Ketua PWI Riau yang juga Wadirut Riau Pos, H Zulmansyah Sekedang, sangat mendukung program ini, apalagi ada wartawan Riau yang terpilih, meskipun ini masuk dalam program kesusastraan. Menurutnya, jurnalisme sastrawi adalah jurnalisme jenis baru yang harus dipelajari oleh semua wartawan.

"Saya bangga dengan terpilihnya wartawan Riau dalam program ini. Semoga nanti sekembalinya dari program tersebut Hary bisa menularkan ilmunya kepada wartawan-wartawan Riau lainnya," ujar lelaki yang juga Ketua SPS Riau ini.

Penulis: Fopin A Sinaga
Editor: Deslina









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook