SAJAK

Sajak-sajak Cikie Wahab

Seni Budaya | Minggu, 07 Februari 2016 - 01:42 WIB

BAGIKAN



BACA JUGA


Ritual Wangkang

Di dalam kapal Ang Mie Kui

Kau menjelma dewa

Membakar diri melewati Melaka

Sementara ombak menepikan namamu

di dermaga

Kucium abu dalam benak ikan

Sisa dupa yang bertumpuk semalam

Sebagai perayaan di Ing Hok King

Dan sembahyang yang didambakan

Panggung hiburan membara

Dari pelabuhan hingga ke depan rumah

Adakah kau lihat airmata

Jika percaya telah meluapkan segala

Doa-doa dipanjatkan dalam berkah

Tubuhmu tak lagi satu bercerai berai jadi debu

Wangkang yang patah terbakar sejarah

Diam sebagai Tai Su Ong atau Ki Ong Ya ‘kah?

Wahai engkau yang mengadu di rantau

Sebab hio dirimu padam

Berkabung tanpa selesai kuenyahkan

Dalam ritual tahunan

Aku masih menunggumu pulang

Pekanbaru, 2015

Kitab Amuk

Menjadi dungu setelah mengaji kitab

Adalah amuk dari segenap hasrat

Dari syair-syair yang menjerat hati

Mengetam jejak sekena diri

Akar yang memilin memucuk hingga ke pangkal

sunyi

Kata yang masih kita goreskan runcing diri

Kertas kita bakar jadi tanda

Sudah kumandikan diri dengan air mata

Tetapi apa daya ubahnya

Menyongsong lupa sesudahnya

Melipur diam yang makin buram

Terangguk-angguk memilah jawaban

Sudahlah, masih ada harapan

Yang menentukan kemenangan

Hendak kita atur segala peran

Untuk dikenang atau dilupakan

Segurat Hitam di Selat Sinaboi

Matamu melekat meniti jarak

Menyeberangi pulau  yang bersedekap

Selat menyempit jadi darat

Membawa nasib tentu tak dapat

Duhai dangkalnya lubuk

Ikan sembilang tak nampak lekuk

Kata Baba yang menjual terubuk

Tubuh kami dalam pompong yang menepi

Berat menyongsong gelombang

Dan perlahan hilang

Membawa serta kebimbangan

Menumpuk-numpuk kekhawatiran

Air pasang lama dinanti

Surut ia memberi duka kami

Sebab laut adalah rumah sejati

Di pelantar kami berdiri

Seperti mengantar mayat sendiri









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook