Ritual Wangkang
Di dalam kapal Ang Mie Kui
Kau menjelma dewa
Membakar diri melewati Melaka
Sementara ombak menepikan namamu
di dermaga
Kucium abu dalam benak ikan
Sisa dupa yang bertumpuk semalam
Sebagai perayaan di Ing Hok King
Dan sembahyang yang didambakan
Panggung hiburan membara
Dari pelabuhan hingga ke depan rumah
Adakah kau lihat airmata
Jika percaya telah meluapkan segala
Doa-doa dipanjatkan dalam berkah
Tubuhmu tak lagi satu bercerai berai jadi debu
Wangkang yang patah terbakar sejarah
Diam sebagai Tai Su Ong atau Ki Ong Ya ‘kah?
Wahai engkau yang mengadu di rantau
Sebab hio dirimu padam
Berkabung tanpa selesai kuenyahkan
Dalam ritual tahunan
Aku masih menunggumu pulang
Pekanbaru, 2015
Kitab Amuk
Menjadi dungu setelah mengaji kitab
Adalah amuk dari segenap hasrat
Dari syair-syair yang menjerat hati
Mengetam jejak sekena diri
Akar yang memilin memucuk hingga ke pangkal
sunyi
Kata yang masih kita goreskan runcing diri
Kertas kita bakar jadi tanda
Sudah kumandikan diri dengan air mata
Tetapi apa daya ubahnya
Menyongsong lupa sesudahnya
Melipur diam yang makin buram
Terangguk-angguk memilah jawaban
Sudahlah, masih ada harapan
Yang menentukan kemenangan
Hendak kita atur segala peran
Untuk dikenang atau dilupakan
Segurat Hitam di Selat Sinaboi
Matamu melekat meniti jarak
Menyeberangi pulau yang bersedekap
Selat menyempit jadi darat
Membawa nasib tentu tak dapat
Duhai dangkalnya lubuk
Ikan sembilang tak nampak lekuk
Kata Baba yang menjual terubuk
Tubuh kami dalam pompong yang menepi
Berat menyongsong gelombang
Dan perlahan hilang
Membawa serta kebimbangan
Menumpuk-numpuk kekhawatiran
Air pasang lama dinanti
Surut ia memberi duka kami
Sebab laut adalah rumah sejati
Di pelantar kami berdiri
Seperti mengantar mayat sendiri