Pupuk Tanam
Tanam-tanamkan aku pada benih yang
bertumbuh
Kelak ia dinamakan biji baru
Pupuk-pupuklah aku jika ia telah cukup waktu
Tiup ia dan taruh di belakang pintu
Dalam kegelapan yang terus memberinya jeda
Melelapkan dirinya yang upaya
Pada tiap lekuk daun
Pada batang yang memanjang
Atau beri ia segelas air
Pada pagi dan petang yang bergilir
Mata terpejam, basah tergenang
Hingga lupa menyerap segala yang datang
Dan pot-pot baru yang bergantian
Berjejeran dalam pandangan
Tertatih-tatih untuk tumbuh
Dalam cahaya yang kian menjauh
Januari, 2016
Mahar
Kupinang sejumput puisi untuk kemudian ia datang
bersama doa-doa dari langit
Mengakali sekian jarak dari perjumpaan kita, adakah kau rela menunggu
Hingga kuselipkan bunga di kupingmu
Bau rempah yang selalu membuat aku lapar
Meski kau berkata dengan datar
mahar demikian sanggup kuberikan
Tenanglah puan, jalan berdengkang
Tubuhku tegap menantang
Jika kau muncul dengan tangan terbuka
aku siap membawa nyawa
lekas kita menyatu raga dan jiwa agar tak
berserak ke mana-mana
agar gelisah bumbung ke angkasa
tempat kita menghitung bahagia
dari masa ke masa
Januari, 2016
Cikie Wahab, lahir dan tinggal di Pekanbaru. Bergiat di Komunitas Paragraf. Beberapa karyanya terbit di Jawa Pos, Riau Pos, Sumut Pos, Majalah Sagang, Story, Radar Banten, Padang Ekspres dan Indopos. Cerpen dan puisinya terangkum dalam antologi bersama seperti Fragmen Waktu, Robohkan Pagar Ini, Datuk, Bulan Majapahit Mojokerto, Kopi Hujan Pagi, Ayat-ayat Selat Sakat, dan Bendera Putih untuk Tuhan. Cerpennya “Kesalahan Angin Selatan” terpilih sebagai cerpen terbaik lomba menulis “Kawabanua, Kalimantan Selatan dalam Cerita.” Buku kumpulan cerpen terbarunya adalah Gaun Sinar Bulan (2012).