SAJAK

Sajak-sajak Cikie Wahab

Seni Budaya | Minggu, 07 Februari 2016 - 01:42 WIB

BAGIKAN



BACA JUGA


Pupuk Tanam

Tanam-tanamkan aku pada benih yang

bertumbuh

Kelak ia dinamakan biji baru

Pupuk-pupuklah aku jika ia telah cukup waktu

Tiup ia dan taruh di belakang pintu

Dalam kegelapan yang terus memberinya jeda

Melelapkan dirinya yang upaya

Pada tiap lekuk daun

Pada batang yang memanjang

Atau beri ia segelas air

Pada pagi dan petang yang bergilir

Mata terpejam, basah tergenang

Hingga lupa menyerap segala yang datang

Dan pot-pot baru yang bergantian

Berjejeran dalam pandangan

Tertatih-tatih untuk tumbuh

Dalam cahaya yang kian menjauh

Januari,  2016

Mahar

Kupinang sejumput puisi untuk kemudian ia datang

bersama doa-doa dari langit

Mengakali sekian jarak dari perjumpaan kita, adakah kau rela menunggu

Hingga kuselipkan bunga di kupingmu

Bau rempah yang selalu membuat aku lapar

Meski kau berkata dengan datar

mahar demikian sanggup kuberikan

Tenanglah puan, jalan berdengkang

Tubuhku tegap menantang

Jika kau muncul dengan tangan terbuka

aku siap membawa nyawa

lekas kita menyatu raga dan jiwa agar tak

berserak ke mana-mana

agar gelisah bumbung ke angkasa

tempat kita menghitung bahagia

dari masa ke masa

Januari, 2016

Cikie Wahab, lahir dan tinggal di Pekanbaru. Bergiat di Komunitas Paragraf. Beberapa karyanya terbit di Jawa Pos, Riau Pos, Sumut Pos, Majalah Sagang, Story, Radar Banten, Padang Ekspres dan Indopos. Cerpen dan puisinya terangkum dalam antologi bersama seperti Fragmen Waktu, Robohkan Pagar Ini, Datuk, Bulan Majapahit Mojokerto, Kopi Hujan Pagi, Ayat-ayat Selat Sakat, dan Bendera Putih untuk Tuhan. Cerpennya “Kesalahan Angin Selatan” terpilih sebagai cerpen terbaik lomba menulis “Kawabanua, Kalimantan Selatan dalam Cerita.” Buku kumpulan cerpen terbarunya adalah Gaun Sinar Bulan (2012).









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook