MADAH POEJANGGA

Puisi Harus Dibudayakan Kembali

Seni Budaya | Minggu, 03 Januari 2016 - 09:59 WIB

Puisi Harus Dibudayakan Kembali
Beberapa mahasiswa membacakan puisi dalam acara malam Madah Poedjangga Graha Pena Riau, Sabtu (2/1/2015) cf1/Said Mufti/Riau Pos

RIAUPOS.CO - "Budak kecik sekarang banyak tahu lagu pacar lima langkah, tapi tak pernah tahu lagu masjid mekah. Padahal banyak mengandung pesan-pesan yang indah. Budak kecik sekarang lebih tahu lagu cinta satu malam, tapi tak tahu lagu zapin tradisi pulut hitam,".

Itulah penggalan musikalisasi puisi yang dibawakan M Sanusi Azmi pada acara Malam Madah Poedjangga, Graha Pena Riau, Sabtu (2/1) malam.

Baca Juga :Musikalisasi Puisi Posan Omak SMAN 3 Tapung Hulu Memukau

Penulis sekaligus pembaca puisi dari Komunitas Sejangat tersebut, langsung menyentuh dengan sindiran khasnya.

Ketidakpedulian kita pada tradisi yang ada mengusik hatinya untuk langsung menulis puisi tersebut beberapa jam sebelum tampil di pentas Madah Poedjangga

Menurut Azmi dalam puisinya, anak-anak muda terlalu tenggelam dengan hiburan tak bermakna. Padahal Melayu Riau yang menjadi asal dari Bahasa Indonesia sangat dekat dengan tradisi puisi, syair ataupun berpantun.

Sementara itu dalam acara Madah Poedjangga malam tadi, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Riau, Deni Kurnia dipercaya sebagai nara sumber. Menurutnya, puisi adalah realita. Ketika seseorang jatuh cinta maka ia akan menulis puisi tentang cinta.

‘’Bahkan makanpun ia lupa. Begitulah dulu berpuisi, apa yang kita rasakan itu yang kita tuangkan dalam bentuk puisi,’’ tutur Deni.

Namun senada dengan puisi yang ditulis Sanusi Azmi, ia menilai anak-anak sekarang sudah terzalimi oleh gadget. Sebentar-sebentar ber-selfie, sebentar-sebentar update foto, status dan lainnya.

Kalau sudah seperti itu, kapan anak-anak muda sekarang menulis puisi? Padahal Riau kaya dengan puisi. Dan melayu Riau semakin beruntung ketika bahasa Indonesia berasal dari Riau. Sehingga akan lebih muda bagi kita untuk mengembangkan dan membudayakan puisi.

‘’Kita orang yang beruntung. Nah, akan lebih beruntung lagi jika kita tuliskan dalam bentuk puisi. Namun menjadikan puisi sebagai kebudayaan tentunya tidak muncul begitu saja, tetapi butuh proses,’’ ucapnya.

Sayangnya para pecinta seni di Riau kurang mendapat dorongan. Hal ini menurutnya dibuktikan dengan tidak adanya penghargaan dari pemerintah kepada pegiat seni. Padahal salah satu tugas pemerintah adalah mengekalkan budaya dengan mendorong pegiat seni.(rul)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook