Niat Mulia
Hal lain yang perlu diprioritaskan dalam menerbitkan buku di masa akhir jabatan yaitu niat mulia. Bukan yang lain, misalkan sebagai sarana untuk memasarkan diri dalam kancah dunia perpolitikan. Nilai tambah tersebut pada hakikatnya sudah tersemat dengan rekat, sehingga pemimpin yang akan menerbitkan sebuah buku atas kinerja kepemimpinan tidak usah berinisiatif untuk mendapat pujian. Segala sesuatu yang kita kerjakan bergantung pada inisiatif yang dibangun.
Dalam tatanan perbukuan di akhir masa jabatan, prospek yang diharapkan adalah suatu kesadaran diri tentang betapa pentingnya kinerja dalam membangun negeri ini. patut kita contoh seperti presiden ke-6 Republik Indonesia – Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sebagai presiden ke-6, di akhir masa jabatannya, SBY memiliki catatan penting dalam satu buku yang berjudul “Selalu Ada Pilihan; Untuk Pecinta Demokrasi dan Para Pemimpin Indonesia Mendatang” yang diterbitkan oleh buku KOMPAS pada Januari 2014 tahun silam.
Selain itu, niat mulai Busyro Karim sebagai pemimpin kabupaten Sumenep di Madura juga mengakhiri masa jabatannya dengan menerbitkan buku tentang perjalanan kepemimpinannya. Dia menulis buku berjudul “Ijtihad Kebijakan; Catatan Pemikiran dan Solusi Membangun Kabupaten Sumenep Selama 5 Tahun (2010-2015)” yang diterbitkan oleh Muara Progresif pada Oktober 2015. Bagaimana pun prosesnya, penerbitan buku tersebut tentu disertai niat mulai agar masyarakat mengetahui segala programnya.
Dua contoh pemimpin tersebut kiranya patut diteladani oleh para pemimpin di seluruh Indonesia. Pada masa menjelang akhir jabatannya sebagai seorang pemimpin harus mampu membukukan arus perjalanan pemerintahan yang diembannya. Baik dari sisi kebijakan, keluhan, problematika, hingga solusi dalam menghadapi berbagai persoalan masyarakat yang memiliki latar belakang berbeda. Karena tidak semua masyarakat mengetahui sepak terjang dan kebijakan setiap pemimpin. Maka dari itu, sebuah buku yang diterbitkan pada masa menjelang akhir jabatan bisa menjadi jembatan dan cahaya bagi mereka agar lebih dewasa dalam mengambil kesimpulan tentang pemimpinnya.***
Penulis adalah Akademisi, Lulusan UIN Sunan Ampel Surabaya. Direktur Utama Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Surabaya.