bertahan di atas air IV
jika berjalan di hutan
merupakan
hal paling tepat
untuk mencapai kesempurnaan
rusa-rusa danau itu
akan tetap pada jalan itu
sampai Ia tak merasakan
bahwa jalan yang dilalui
adalah hutan
‘bukankah ini tempatku?’
meniru para rahib
adalah tujuan utama
ketika Ia telah puas
menikmati hutan
menikmati keterasingan
yang menyenangkan
segala pencapaian
perenungan suci
adalah Tao bagi setiap
rusa
adalah Om bagi Siddharta
adalah Laku bagi Kongfusius
dan Nabi
jadi,
perhatikan baik-baik pembaca
pada akhirnya
rusa-rusa lugu dan cantik itu
sempurna telanjang tanpa satu bulu
pun
yang tersisa
di atas air danau
di atas pukau risau
yang memisau
dan itu merupakan,
heh, dengarkan baik-baik pembaca
tak jewer kupingmu nanti!
dan itu merupakan
cita-cita mulia
bagi setiap rusa yang gila
adalah kamu yang mencintai aku
dan tidak mengharapkan apa-apa
atau aku yang mencintai kamu
hehe, berharap mengulum bibirmu
dengan sempurna
sampai pagi
ajaran yang baik
disampaikan dengan laik
dan tidak muluk-muluk
begitu kira-kira
rusa-rusa itu bersabda
kalau kau berjumpa
sumur di ladang
bolehlah kau meminumnya
kalau kau
menemu rusa-rusa itu
khitmat di atas air danau
bolehlah kau tak mengganggunya
terlebih dahulu
Kutub, 2016
Saifa Abidillah, sekarang masih tercatat sebagai mahasiswa Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Aktif mengelola LSKY (Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta). Tulisan-tulisannya pernah terkumpul dalam antologi bersama, seperti Narasi Mendung dalam Tarian Hujan (2009), Reportase yang Gagal (2010). Bersepeda ke Bulan (2013), Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid III (2015), Nun (2015), dan Negeri Laut (2015).