Suatu saat yang entah
bilakah itu dalam hatimu
Pagi itu
seseorang memutuskan membuka baju
berjalan di antara kerumunan orang
menunggu waktu yang tepat
bahwa pernah suatu hari
mawar tumbuh dalam diam
yang durinya mengenai tangan
entah pada hari yang ganjil
terdengar tepukan tangan
kau tau
Tuhan melihat hati
diam adalah bahasa bahwa pernah ada
dia dan sesiapa yang sedang memperhatikan datangmu
meskipun biasa saja
entah itu atau dalam amplop atau apa saja yang kau temui
dan wajahmu mulai memerah
harum mawar
menghiasi beranda
daun-daun menjalar
sesekali angin melintas
menerpamu
asap yang setia bersamamu
selengkah menoleh dan kembali
suatu saat yang entah bilakah itu
dalam hatimu
orang-orang datang
mencari baju
Pohon Jambu di Depan
Rumah Kita
Pohon jambu itu
sudah setinggi kepala
daunnya yang hijau
sehijau rindumu
di setiap helai daun
kita titip pesan
pada siapa saja yang datang
kelak buahnya memerah
memetik lentik jari
doa telah kita tanam
bersama ayunan yang melingkar di dahannya
kelak
kita menahan debar
pada jantung hati kita yang berbuai
matanya yang mengintai
rumah kita
Setelah Berpuluh Tahun
setelah berpuluh tahun yang lalu
masihkah kita merasa belum merdeka
pada kebebasan mereka di dalam lobang
memendam diri
entah itu di lubang misiu
atau dinding pembataian
memutihkan kulit
di atas tangga pendakian
dingin
pada haus matahari di ujung lobang
isak lilin menghangus diri
tatapmu yang sayu
kelak engkau akan melihat
mereka berbaris mengenangmu
menghening cipta
sepilih doa untukmu
entah pada siapa saja yang sampai
padamu yang melekat