SAJAK

Sajak-sajak Eddy Pranata PNP

Seni Budaya | Minggu, 03 Januari 2016 - 00:42 WIB

BAGIKAN



BACA JUGA


Telentang di Atas Sampan

 

diam-diam kukayuh sampan ke selat

ombak kecil mengayun sampan

di tengah selat aku berhenti mengayuh

perlahan aku terlentang

aku melihat langit, awan berarak-arak

diriku kosong, hati-jiwaku kosong

ombak mengayun-ayun sampan, awan berarak-arak

langit biru muda!

 

entah untuk berapa lama— aku terlentang di atas sampan

terayun-ayun gelombang; melayari langit

: diriku kosong, hati-jiwaku kosong

awan tipis berarak di langit biru tua!

 

Cilacap, 18 Desember 2015

 

Sajak Kanak-kanak

 

perempuan itu sangat penyabar, lembut tutur katanya

dan aku sudah sangat lama jatuh cinta

sejak masih kanak-kanak kita sering bareng berburu capung

jalan kaki ke ladang yang jauh

berhujan-hujan mandi di kali

pergi-pulang sekolah jalan kaki

bahkan sering pula nonton lengger atau wayang kulit

tapi ia tak pernah menyukai aku

aku bertepuk sebelah hati

tapi aku entah mengapa tetap mengharapkannya

aku sangat suka puisi-puisinya yang imajis

aku ingin berdendang bersama atau setidaknya menghadiri acara sastra

dan baca puisi berdua!

Cilacap, 16 Desember 2015

 

Senyum Tipis

 

alangkah bersyukurnya aku sore ini

usai menebar jaring di selat yang senatiasa penuh debur

di ceruk pantai aku bertemu dengan seorang penyair yang begitu bersahaja

ia sedikit bicara, tak pernah baca puisi di pentas-pentas

ia hanya menulis dan menulis dan sesekali

memublikaskannya di media massa

puisi-puisinya nyaris semua sederhana, tapi beberapa ada yang kuat dan tajam

aku ingin sekali berlama-lama berdialog dengannya

tapi rupanya ia tidak begitu suka bercerita-cerita

ia naik ke atas sampan yang sudah berlumut

dikayuhnya pendayung membelah selat

hanya tersenyum tipis saja ia kepadaku.

 

Cilacap, 16 Desember 2015

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook