Telentang di Atas Sampan
diam-diam kukayuh sampan ke selat
ombak kecil mengayun sampan
di tengah selat aku berhenti mengayuh
perlahan aku terlentang
aku melihat langit, awan berarak-arak
diriku kosong, hati-jiwaku kosong
ombak mengayun-ayun sampan, awan berarak-arak
langit biru muda!
entah untuk berapa lama— aku terlentang di atas sampan
terayun-ayun gelombang; melayari langit
: diriku kosong, hati-jiwaku kosong
awan tipis berarak di langit biru tua!
Cilacap, 18 Desember 2015
Sajak Kanak-kanak
perempuan itu sangat penyabar, lembut tutur katanya
dan aku sudah sangat lama jatuh cinta
sejak masih kanak-kanak kita sering bareng berburu capung
jalan kaki ke ladang yang jauh
berhujan-hujan mandi di kali
pergi-pulang sekolah jalan kaki
bahkan sering pula nonton lengger atau wayang kulit
tapi ia tak pernah menyukai aku
aku bertepuk sebelah hati
tapi aku entah mengapa tetap mengharapkannya
aku sangat suka puisi-puisinya yang imajis
aku ingin berdendang bersama atau setidaknya menghadiri acara sastra
dan baca puisi berdua!
Cilacap, 16 Desember 2015
Senyum Tipis
alangkah bersyukurnya aku sore ini
usai menebar jaring di selat yang senatiasa penuh debur
di ceruk pantai aku bertemu dengan seorang penyair yang begitu bersahaja
ia sedikit bicara, tak pernah baca puisi di pentas-pentas
ia hanya menulis dan menulis dan sesekali
memublikaskannya di media massa
puisi-puisinya nyaris semua sederhana, tapi beberapa ada yang kuat dan tajam
aku ingin sekali berlama-lama berdialog dengannya
tapi rupanya ia tidak begitu suka bercerita-cerita
ia naik ke atas sampan yang sudah berlumut
dikayuhnya pendayung membelah selat
hanya tersenyum tipis saja ia kepadaku.
Cilacap, 16 Desember 2015