Kembang Sepatu
seusia ku kini, kita seperempat abad
bersua empat kali dalam lambang kembang dan sepatu bila jemarimu pernah menggenggam tangkai-tangkainya, aku mengulurkan tali agar mereka tak tercerai
secebis sukma yang diam dalam luka nganga
engkau menghujam peta harta karun tepat di sudut mataku
lalu berbisik tentang pembantaian pedang jelmaan jerebu
tapi sebenarnya aku lebih candu
pada tuba di cangkir mineral saban hari, saban minggu,
saban waktu kureguk
Air Molek, Agustus 2015
Jejak
sepasang kekasih di perhentian kapal mengepal dendam yang membuncah
menukik senyap di landasan yang berlumpur
parade tenggelam dalam buta
rinyai hujan yang menghapus
seonggok remah sisa bangkai kucing
udara lembab menyesap ke kening
mengitari percumbuan tiada henti
di dermaga
wajah kota lembah
Padang, September 2015
Nurhayati di Ingatan Emak
selalu kawanku bertandang silih berganti
dari arah yang tak pasti bercakap-cakap di ruang kamar emakku
ia selalu bertanya, di mana engkau tinggal
setiap tempat dari jawaban mereka Emakku yang sudah tak ingat lagi
atau mungkin memang pernah
bertandang ke negeri kekawanku
menghadiri pernikahan sahabatnya Nurhayati.
Nurhayati baginya selalu ada di mana pun
di negeri antah berantah sekalipun
Nurhayati ada di pusat belanja, di hotel, di café,
di museum, di taman kota, di kebun, di ladang,
di pantai bahkan di gunung
Sebegitukah lekat,
Nurhayati di ingatan emak?
Pekanbaru, September 2015