ESAI SASTRA

"Suara 16", Belajar dari Suara Ayam Jantan

Seni Budaya | Minggu, 27 Desember 2015 - 01:25 WIB

Pada hakikatnya, cerpen memuat fakta. Susanto (2012:43) menegaskan bahwa pada dasarnya sastra yang dianggap sebagai fiksi adalah fakta. Fakta tentang ayam jantan dalam cerpen ini merupakan fakta (kebenaran) mutlak. Cerpen ini mengusung kebenaran hakiki terhadap kekuasaan Allah Taala melalui salah satu makhlun ciptaan-Nya. Tentang sosok ayam jantan adalah fakta kehidupan. Sementara itu, fakta (kebenaran) mutlaknya adalah perilaku bersuara ayam jantan pada waktu tertentu. Artinya, ada semacam kaitan antarteks.

Cerpen bisa memberikan kesadaran sejarah. Sejalan dengan itu, cerpen pun mampu memberikan kesadaran religius. Ini berarti bahwa cerpen bisa memberikan ber bagai kemungkinan kesadaran bagi kehidupan. Kesadaran-kesadaran yang muncul dari karya sastra (cerpen) biasanya berkaitan pula dengan konteks sosial dan budaya masyarakatnya. Kesadaran religius dalam cerpen ini memberikan pesan bahwa seharusnya kita (muslim) belajar dari suara ayam jantan.***

 Musa Ismail,  guru di SMAN 3 Bengkalis dan dosen di STAIN Bengkalis.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook