OLEH ANWAR NOERIS

Dulu dan Sekarang

Seni Budaya | Minggu, 20 Desember 2015 - 02:34 WIB

Dulu dan sekarang bedanya hanya kehati-hatian. Kaum sastrawan dulu cukup hati-hati menyikapi realitas, bagaimana realitas yang bobrok tidak hanya disaksikan sebgai sesuatu yang given, tapi benar-benar ditelisik-amati lalu ditanggapi dengan solutif dan argumentatif. Sedang sekarang disitulah cacatnya, kaum sastrawan mutakhir ini hanya focus pada persoalan romantisme dirinya, sementara kasus kebangsaan dibiarkan mengalir membentuk penyelewengan-penyelewengan yang entah.

Kebiasaan apatis terhadap persoalan kebangsaan kesusastraan mutkhir harus kita benahi dengan kesadaran bersama. Kehati-hatian kaum sastrawan dalam menjaga kemakmuran bangsa dan negara patut diasah kembali untuk mendewasakan kesusastraan yang mulai lupa nenek moyangnya.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Perjuangan kesusastraan kita bukan di dalam rumah ditemani secangkir kopi, dan kepulan asap rokok atau menyaksikan istri yang lagi asik melipat baju, tapi di luar, di masyarakat. Mengingat kalau bukan kita siapa lagi? Kalau tidak sekarang kapan lagi?***

Anwar Noeris, mahasiswa Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

aktif berkesenian di Komunitas Kutub Yogyakarta. Tinggal di Yogyakarta. Jln, Parangtritis KM 7,5. No 44 Cabeyan, Sewon Bantul, Yogyakarta.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook