OLEH ABDUL HAMID NASUTION

Mengeja Islam dalam Karya Griven H Putera

Seni Budaya | Minggu, 15 November 2015 - 02:18 WIB

Itu lah pesan seorang kakek berpakaian serba putih, berjenggot putih yang Sulaiman temui dalam tepekur panjang di atas sajadahnya. Kepergian cincin Sulaiman yang tak dibarengi dengan keikhlasan membuat hatinya begitu berat melakukan sesuatu. Boleh jadi karena yang hilang itu adalah barang yang sangat ia cintai. Bagiamana jika yang lain, misal kehilangan anggota keluarga, pergi menemui (dijemput) Allah. Atau harta yang berlimpah, seketika lenyap dari hadapan, karena kebakaran, gempa, bangkrut atau musibah lainnya. Apakah kita akan merasa ikhlas menerima hal itu. Selaiknya memperbanyak istigfar dan mohon ampunan agar ketabahan hati selalu ada dalam jiwa kita ketika orang-orang yang kita cintai, barang yang kita sayangi pergi sewaktu-waktu, kita dengan ikhlas dapat menerimanya.

Dengan demikian kita dapat melihat, bagaimana Griven “berdakwah” dalam karya yang kerap ia hasilkan. Ruh Islam sangat kental di dalamnya. Sehingga pesan Islam atau kultur Islam tak bisa lepas dalam karyanya. Kalau pun tak memuat simbol di dalamnya, dan tak secara eksplisit melihat Islam dalam karyanya, akan tetapi kalau diteliti dengan seksama, kita akan mendapati latar cerita yang ia kisahkan tetap saja ada unsur Islamnya. Boleh jadi pengaruh pendidikan atau pemikiran Griven turut membuat hal semacam ini terjadi pada karya-karyanya. Karena jika merujuk ke pengalaman pendidikan Griven, ia pernah mondok di pesantren, dan ia pun lulusan dari kampus Islam.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Selain itu, dalam suatu diskusi pada suatu sesi di Gerakan Indonesia Menulis yang dilangsungkan di Balai Bahasa Provinsi Riau, dengan tegas ia mengatakan bahwa ada satu tujuan yang lebih berharga dari tujuan-tujuan lainnya kenapa seseorang harus menulis. Griven menyebutkan bahwa tujuannya (niat) adalah sebagai ibadah. Dengan niat yang demikian, Griven “berdakwah” menyampaikan nilai-nilai universalitas Islam. Islam yang rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi segenap makhluk di alam ini). Ia mampu keluar dari eksklusivitas, dan menjadikan karyanya merdeka. Maka ia jadi sebuah identitas bagi Griven, yang turut memperkaya khasanah sastra Islam di Indonesia, yang sudah didahului seperti Hamzah Fansuri, Al-Sumatrani, Raja Ali Haji dan yang lainnya.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook