Hidup Seribu Tahun Lagi
Dan kulihat perputaran bumi. Dan kuamati
tubuhmu yang dicintai sebuah pagi. Pun hujan
yang bersalin rupa berkali-kali. Sebelum
sepenuhnya menjelma penguasa yang sama
kita benci sejak mulai tualang ini, kekasih.
(2015)
Libido Pemuisi
Dan ia tak terpuaskan
Birahinya meninggi
Kata-kata berlalu
Makna tak bertamu
Diterkanya kembali
Muasal diri
Yang jejaknya sepi
Di bentang bumi
Sebuah hulu pun hadir
Utopia yang getir
Masihkah ia bertahan
Dan terus melawan
Hidup dalam penat
Bukanlah yang diinginkan
Puisi yang dipilihnya
Tak bertahan selamanya
Ia putuskan berjalan
Melewati bising keinginan
Hendak menepi ke nurani
Berharap jumpa inti
Yang selama ini
Didamba dan dicari
(2015)
Bagaimana Aku Melihat Diriku
di Mata Orang-orang
Ia akan dikenang dalam satu detik yang mencemaskan
saat seluruh jam di sebuah kota pecah. Tanggal berubah
disertai hari-hari yang tak lagi cerah. Dan sembilan
ular sewarna kesedihan berkelebat dari segenap penjuru
semesta. Berdesis memasuki bibirnya yang membiru
demi menyaksi kematian waktu. Mencatat yang pilu.
Sebelum senyap datang menyergap. Lebih dulu ia lenyap.
(2014)
Semadi Lelaki Sejati
Seorang lelaki sejati sedang semadi dalam raga
sendiri. Ia bayangkan bulan jatuh, menghampiri
sebelum penuh menyentuh
saat malam menyatukan angkasa dengan wangi
segala bunga. Maka gugur semua yang melayang
maka luntur segala yang menembang.
(2015)