Menakar Kekuatan Teater

Seni Budaya | Minggu, 10 Juni 2018 - 11:55 WIB

Menakar Kekuatan Teater
(ILUSTRASI RIAU POS)

Kabid Ekonomi Kreatif Dispar Riau Dandun Wibawa dalam beberapa kesempatan menjelaskan, ATS juga diharapkan menjadi pembanding bagi perhelatan teater yang ada di Indonesia. Apalagi, saat ini, dua agenda teater di Sumatera yang pernah digagas Teater Sakata dengan Panggung Publik Sumatera-nya dan Teater Satu dengan Kala Teater dan Teater Perempuan-nya terhenti akibat persoalan pendanaan.

Ditambahkannya, palingtidak, hingga 2019 mendatang, ATS lV mudah-mudahan masih bisa dilaksanakan. Nah, untuk selanjutnya, Dandun memulangkannya pada manajemen Lembaga Teater Selembayung. Jika komunitas yang dipimpin Fedli Azis ini mampu bekerja sama dengan pemilik modal, terutama pemerintah, baik provinsi maupun nasional, maka helat yang baik ini tentu akan terus berlanjut hingga akhirnya mampu mandiri.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

“Saya percaya, ATS telah memberi warna bagi geliat teater tanah air. Pelaksanaan tiga tahun berturut-turut  juga sebagai bukti, bahwa dunia teater cukup mendapat tempat di tengah-tengah masyarakat,” ungkapnya.

Ditambahkannya, untuk ATS lll nantinya, menghadirkan dua narasumber untuk diskusi kreatif, Afrizal Malna dan Putu Arcana dari Jakarta. Kedua narasumber berkompeten ini akan mengajak peserta diskusi untuk melihat seberapa besar kemungkinan teater menjadi ruang alternatif untuk menyuarakan berbagai kecenderungan yang hidup di tengah-tengah masyarakat saat ini.

Teater Riau

Setakat ini, Riau sebagai tuan rumah ATS sendiri, memiliki beberapa komunitas yang tak pernah berhenti bergerak. Sebut saja Lembaga Teater Selembayung, Teater Matan, Riau Beraksi, Latah Tuah (UIN Susqa), Batra (Unri), Komunitas Rumah Sunting, Suku Teater, Teater Jelaga, Mini Teater Rengat, Komunitas Sanjayo, dan lainnya terus memproduksi karya-karya mereka.

Setiap komunitas pun punya ciri khas masing-masing. Karenanya, masyarakat, punya pilihan dalam menentukan karya apa dan siapa yang ditontonnya. Bahkan setiap komunitas memiliki penontonnya sendiri. Tak heran, jika ada pementasan teater di Pekanbaru, maupun di kabupaten/kota di Riau, gedung pertunjukan selalu ramai. Mereka (penonton) sudah pula terbiasa menghargai tontonannya dengan membeli tiket pertunjukan.

Menurut Dandun, tentu saja masih banyak komunitas yang belum terlibat langsung di ATS, namun pihaknya berupaya memberi tempat bagi mereka untuk ikut di tahun-tahun selanjutnya.***

Laporan KUNNI MASROHANTI, Pekanbaru









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook