Menakar Kekuatan Teater

Seni Budaya | Minggu, 10 Juni 2018 - 11:55 WIB

Menakar Kekuatan Teater
(ILUSTRASI RIAU POS)

Workshop atau bengkel teater ini menghadirkan pemateri dari Jakarta, Bambang Prihadi yang juga pimpinan Lab Teater Ciputat. Bambang akan melakukan sharing dan menularkan ilmu tentang metoda teater kontemporer yang populer di dunia beberapa tahun belakangan ini. Metoda baru yang digagas Tadashi Suzuki dengan nama Suzuki Method. Sebuah metoda yang ramai diperbincangkan dan diikuti banyak pecinta teater dari berbagai negara.

Bambang sendiri, pernah terlibat langsung dalam beberapa proyek produksi yang digagas Tadashi Suzuki untuk aktor-aktor Indonesia. Selain berproses di Indonesia dan Jepang, produksi itu pun dipentaskan dibeberapa kota di Negeri Sakura tersebut.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

"Ya, saya juga cukup tertarik dan terobsesi pada metoda baru dalam dunia teater ini. Penemuan Suzuki ini menjadi alternatif dalam menciptakan karya-karya kekinian," ungkap Bambang kepada Riau Pos, Jumat (8/6) lalu.

Sebagai ilustrasi, Tadashi Suzuki menjelma menjadi salah satu tokoh teater dunia. Metodenya dipelajari pelaku teater berbagai negara. Metode ini diharapkannya untuk meningkatkan kualitas kesadaran aktor pada tubuhnya, terutama pusatnya. Metode Suzuki diilhami dari Kabuki, Noh, dan filosofi teater Yunani klasik. Salah satu tujuan metode ini adalah aktor menjadi lebih sadar akan perangkat ekspresi yang alami sekaligus mampu menghadirkan totalitas akting di panggung.

Bagi Suzuki, masyarakat yang berbudaya ditentukan oleh perseptif dan ekspresif orang-orangnya dalam mengakses animal energi bawaan mereka. Animal energi seperti itu menumbuhkan rasa aman dan percaya, energi yang diperlukan untuk komunikasi yang sehat dalam hubungan manusia dan masyarakat (penonton). Atau komunikasi yang organik. Suzuki menegaskan, masyarakat beradab belum tentu berbudaya.

“Saya kira, kita perlu memberikan pemahaman tentang metode baru ini sebagai upaya untuk menemukan pencapaian baru dalam penciptaan teater kekinian,” ulas Bambang.

Memberi Warna

ATS sendiri dimaksudkan menjadi tanda dan memberi warna atas geliat teater tanah air. Ruang alternatif ini pun telah mendapatkan tempat di hati pelaku teater Indonesia. Meski baru bergulir tiga tahun berturut-turut,  tak sedikit komunitas menghubungi untuk bisa terlibat langsung di dalamnya.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook