‘’Selintas kita berpikir ‘orang ini pemberani tapi kok ngasal ya’, nah setelah dicerna lagi lama-lama, baru kita tersadar, wah rupanya dari tadi kita digiringnya secara cerdas untuk bertanggung jawab penuh menyetujui ide-ide radikalnya,’’ papar Teguh.
Teguh juga tak lupa saat baru-baru ini bersama 10 pemimpin media massa Indonesia, termasuk Ramon Damora, diundang Asosiasi Wartawan Korea Selatan mengunjungi negara mereka.
Di hari terakhir, tuan rumah mengajak minum teh perpisahan. Satu demi satu wartawan Korea bergiliran menyampaikan testimoni mengenai indahnya persaudaraan, dalam Bahasa Korea.
Tibalah giliran rombongan wartawan Indonesia. Tak ada persiapan. Panik dan saling pandang. Acara tradisional Korea itu spontan begitu saja digelar. Tahu apa yang terjadi?
Tiba-tiba, cerita Teguh, tanpa komando semua wartawan serentak menoleh ke arah Ramon yang selalu suka duduk di kursi belakang, memandang wajahnya dengan tatapan memelas, berharap akan ada kejutan-kejutan hebat dari dirinya untuk mencairkan suasana.
Ramon tersenyum. Membuka pembicaraan dengan kalimat berbahasa Inggris yang kira-kira artinya ‘’hai, Indonesia tidak akan bicara apapun malam ini, Indonesia hanya ingin mendengar kalian bernyanyi’’ lalu mulailah dia menyanyikan Arirang, lagu klasik Korea paling menggetarkan yang dihafal oleh seluruh rakyatnya.(lim)