SAJAK

Sajak-sajak Sulaiman Juned

Seni Budaya | Minggu, 06 Maret 2016 - 00:12 WIB

BAGIKAN



BACA JUGA


Hikayat Negeri di Bawah Angin

aku

saksikan anak-anak

menghidupi api di kepala. Dari

sudut yang paling sunyi

cinta tergadai atasnama peradaban

kampung. Sedang rindu tersayat

perihnya bersarang di hati.

Aku

saksikan anak-anak

menghidupi api di kepala. Berjalan

dalam kabut. Tak usah

ajarkan aku bagaimana mengalahkan

sepi. Pernahkah engkau menikmati

sunyi dalam keramaian, seperti

sembilu menyayat jiwa. Tak usah

ajarkan aku bagaimana menikmati

cinta. Pernahkah engkau merabakan

sayang dalam pekat tak bertepi. Tak usah

ajarkan aku bagaimana siang dan malam

tanpa bintang juga matahari

bergasing atas kepala. Tak usah

ajarkan aku bagaimana bulan

purnama dan sabit saling hilang

terkadang  gerimis menepi di pipi.

Aku

saksikan anak-anak

menghidupi api di kepala. Rentak

guel hilang di sunyi

malam. Tepuk didong tenggelam

di senyap Laut Tawar. Sebuku

renyai di dada pengembara. Di rantau

aku mencium renggali mengurung ruang

kalbu, menyaksikan Bensu Puteri

berkecipak di kolam tenang memanggil-maggil

Malem Dewa kembali ke kamar

cinta. orang-orang di sini senang  

berkelahi bersama ombak

: angin dan api mempersiang hati

  Ah!

-Banda Aceh, 2016-

Sulaiman Juned, lahir di Gampoeng (Desa) Usi dayah, Kecamatan Mutiara, Kabupaten Pidie, 12 Mei 1965. Dosen Jurusan Seni Teater Fakultas Seni Pertunjukan ISI Padangpanjang, Sumatera Barat. Pendiri/Penasihat Sanggar Cempala Karya Banda Aceh (1986), Pendiri/Penasihat Komunitas Seni Kuflet Padangpanjang, Sumatera Barat (1997-Sekarang), Sekretaris/Ketua Panitia Pendirian Kampus Seni ISBI Aceh (2012/2013), Dewan Pakar pada Dewan Kesenian Aceh (2014-2019), dan Kandidat Doktor Penciptaan Seni Teater ISI Surakarta Jawa Tengah.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook