Mencuci Asmara
Setiap pagi, aku membeli koran hanya untuk
ditukarkan dengan berbagai kabar sedih.
Dunia semakin kehilangan hal-hal baik saat ini.
Tapi sekalipun dunia kehilangan berbagai
hal-hal baik, setidaknya aku masih memilikimu.
Dan itu adalah berita baik yang paling apik.
Aku tak peduli di mana awal.
Barangkali, kita hanya akan berakhir sebagai
sepasang hujan yang cemas di kelok jalan sunyi.
Kehendakku adalah, padamu aku berakhir.
Kuakui sesekali kau terlintas di kepalaku
tanpa pakaian.
Masa-masa menjilat telah lewat.
Bila ada waktu, ikutlah denganku.
Kita pergi ke binatu, membersihkan
pikiran yang mengganggu.
Mencuci asmara.
Kelu
Jika lelah,
lipat khayalanmu membentuk
jarum jam yang mengarah ke detik
di mana mata kita pernah bertemu.
Lalu hentikan.
Pekanbaru, 2015
Kevin Khanza Jaelani, lahir di Ujungbatu, 24 Juni 1995. Saat ini tengah aktif bermusik dan menulis. Beberapa puisinya pernah dimuat di Riau Pos, dan termaktub dalam Buku Antologi Pelabuhan Merah (Kumpulan puisi pilihan Riau Pos 2015). Kini tinggal di Pekanbaru dan bergiat di Malam Puisi Pekanbaru.