BACA SAJAK PWI RIAU

Mendemamkan Sajak

Seni Budaya | Minggu, 08 November 2015 - 00:05 WIB

Mendemamkan Sajak
Chairman Riau Pos H Rida K Liamsi saat membaca sajak di PWI Riau, Senin (2/11/2015). (JEFRIZAL/RIAU POS)

Hal serupa juga diungkapkan Ketua Umum Dewan Kesenian (DKR) Riau, Kazzaini Ks. Wartawan yang juga penyair Riau itu mengatakan dengan jelas dunia kewartawanan dan penyair memang suatu yang tak bisa dipisahkan. Banyak penyair bahkan di Indonesia sendiri adalah wartawan. Disebutkan misalnya Muchtar Lubis, Putu Wijaya, Rosihan Anwar, Goenawan Moehamad, Taufik Ikram Jamil dan lain-lain.

“Inilah bukti dunia kewartawanan dan kepenyairan tidak bisa dipisahkan,” katanya.

Baca Juga :Raja Isyam Lantik Jajaran Pengurus PWI Kampar di Balai Bupati

Sajak pun Bergema

Sebagaimana layaknya sebuah helat pembacaan sajak, rangkaian kata demi kata dilantunkan, dipekikkan, dibacakan, digumamkan oleh 28 wartawan yang sambungan dari 25 kikkan, dibacakan, digumamkan oleh 28 wartawan yang hadir ketika itu. Berbagai ekspresi yang diungkapkan menujukkan adanya ketimpangan dan kejanggalan fenomena sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Demikianlah tugas dari para penyair, bersama sajaknya hendak menyampaikan sesuatu pesan dengan menggunakan bahasa-bahasa pilihan, dikemas dalam estetika bahasa yang tentu saja bermuara dan beranjak dari suara-suara hati.

Sebagai penanda dan penampilan perdana, Taufik Ikram Jamil tampil membacakan tiga buah sajak baru yang katanya belum dipublikasi. Dalam kesempatan itulah kemudian, sajak berjudul "Tak Satu-satu", "Selain Bahasa" dan "Hanya Asap yang Tahu" dibacakan penyair Indonesia asal Riau itu dengan gayanya yang khas itu.

Tampil berikutnya ketua SPS Riau, Syafriadi membacakan sebuah sajak karya almarhum Ediruslan Pe Amanriza berjudul "Akan Berpisah Jua Kita Akhirnya Jakarta". Meski dikauinya baru sekali membaca sajak, Syafriadi tampak membacakan bait demi bait dengan penuh hikmat layaknya seseorang yang sudah sering mendeklamatorkan sajak-sajak.

Seniman Budayawan Pilihan Sagang yang baru saja dinobatkan, Husnu Abadi, dengan gaya sederhananya membacakan bait demi bait sajak karyanya sendiri. dan dilanjutkan dengan pembacaan sajak oleh Zainul Ikhwan. Empat buah sajak yang bertajuk "Sajak-sajak yang Dibakar", "Kisah Tragis Negeri Penderma", "Asap Kiriman", dan "Sandiwara Asap" dibacakan di hadapan para hadirin.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook