KOTA (RIAUPOS.CO) -- Namanya Ayunda, sudah berumur 37 tahun. Pria itu sejak lahir sudah menyandang kelainan pada pertumbuhannya. Ayunda, hanya bisa berbaring dengan kondisi tidak normal menghadap ke arah kiri di tempat tidur beralaskan tikar di ruangan kayu berdinding papan dan juga dilapisi terpal biru berukuran 3 x 4 meter.
Cerita soal Ayunda ini didapat Ketua Komisi III DPRD Kota Pekanbaru Yaser Hamidi, dan ia pun langsung menyiapkan waktu untuk melihat langsung kondisi Ayunda.
Miris, dan disebutkannya perlu ada bantuan untuk Ayunda supaya dapat tinggal di tempat yang layak. Bersama anggota Komisi III Kartini SKM, mereka pun mengunjungi Ayunda, yang tinggal di Jalan Inpres (samping SDN 94), Kecamatan Marpoyan Damai, Selasa (29/10) siang.
Kunjungan ini dilakukan bersama perwakilan Dinas Kesehatan Pekanbaru serta perangkat RT dan RW setempat, untuk memberikan dukungan moril bagi kesehatan Ayunda.
Kepada Yasser, ayahanda Ayunda Musta'am menyebutkan kondisinya Ayunda itu sudah tidak normal sejak dalam kandungan. "Sejak dalam kandungan, sudah diketahui tidak normal," Kata Musta'am.
Dikatakannya lagi, menurut catatan dunia medis kedokteran, Ayunda mengalami gejala penyakit cerebral palsy atau gejala sisa suatu penyakit infeksi otak yang serius sejak dalam kandungan.
Kondisi inilah yang mengundang keprihatinan dari Komisi III DPRD Pekanbaru. Apa yang dialami saat ini termasuk tempat tinggal dinilai tidak layak dan tidak representatif.
"Kita berharap agar anak ini diberilah tempat yang layak. Masalah bantuan dan teknis lain, akan kita jembatani lewat Diskes dan Dissos," ucap Yaser.
Dari cerita masyarakat, politisi dari PKS ini menyayangkan adanya penolakan dan bantuan dari perwakilan masyarakat tempatan untuk tempat tinggal Ayunda.
"Ada tempat tapi belum mau pindah. Harusnya bantuan ini diambil oleh orang tuanya. Soal teknis lainnya akan kita perjuangkan dan perhatikan lewat lembaga atau donatur," ungkap Yaser.
Anggota Komisi III DPRD Pekanbaru Kartini meminta agar persoalan kemanusian untuk anak tersebut benar-benar diperhatikan dengan menyediakan tempat yang layak.
"Jadi tugas bapak tidak memberi makan untuk anak saja, tapi harus memikirkan dampak juga. Kita tak ingin nanti seolah-olah pemerintah tidak serius atau tidak membantu. Padahal kita sudah peduli dan beri solusi. Diberikanlah tempat yang layak," saran Kartini.
Musta'am mengaku, selama ini menolak pindah dari gubuk yang sangat tidak layak karena memikirkan mata pencahariannya sebagai tukang tambal ban. Ini pula yang mengurung kan niatnya untuk pindah saat itu.
Ia juga mengaku sudah 4 tahun tinggal di gubuk pinggir Jalan Inpres RT 3, RW 3, Kelurahan Sidomulyo Timur, Maproyan Damai. "Inilah kerja kita tambal ban, jual ayam jago, kadang orang titip suruh jual," jelas Musta'am soal pekerjaan nya.
Dengan kondisi tempat tinggalnya saat ini yang sangat jauh dari kata layak itu, mengaku siap pindah jika ada tempat yang lebih layak disediakan untuknya.
"Kalau disediakan tempat kita mau. Kalau bisa pindah suka kali lah," akunya.
Ia juga mengisahkan bahwa dulunya dia memiliki rumah di Perumahan BSA yang juga berlokasi di sekitaran tersebut, namun saat istrinya meninggal dunia, rumah tersebut tidak terbayar dan akhirnya dilelang.(gus)