(RIAUPOS.CO) -- Dalam kurun waktu dua tahun 2018-2019, konflik Harimau Sumatera dan manusia yang terjadi di tengah areal korporasi di landscape Kerumutan, sudah menewaskan empat orang. Konflik tersebut diduga karena habitat Harimau Sumatera telah rusak akibat banyaknya koorporasi di sekitar areanya.
Terkait permasalahan tersebut, Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau (Jikalahari), mendesak pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi Riau untuk dapat mengembalikan ruang hidup habitat Harimau Sumatera dengan cara mencabut izin korporasi sawit, tambang dan HTI yang selama ini penyebab punahnya Harimau Sumatera di tengah perayaan hari harimau sedunia pada 29 Juli 2019.
“Pemerintah juga kami minta serius menjaga kawasan konservasi yang selama ini menjadi akses pemburu harimau karena tidak dijaga dengan serius oleh pemerintah,” kata Koordinator Jikalahari, Made Ali.
Temuan Jikalahari, konflik harimau dan manusia terjadi di tengah areal korporasi di landscape Kerumutan sudah menewaskan tiga orang pada kurun waktu 2018-2019.
Konflik pertama, terjadi pada Jumiati, karyawati PT THIP tewas diterkam Bonita (Harimau Sumatera) di KCB 76 Blok 10 Afdeling 4 Eboni State PT THIP Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Inhil pada Januari 2018.
“Kedua, pada 10 maret 2018, Yusri tewas diterkam harimau saat bekerja membangun bangunan sarang walet di RT 038 Simpang Kanan Dusun Sinar Danau Desa Tanjung Simpang Kecamatan Pelangiran Kabupaten Inhil,” ujarnya.
Ketiga, pada 23 Mei 2019, Amri 32 tahun warga Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Inhil tewas akibat diserang harimau di kanal sekunder 41 PT Riau Indo Agropalma (PT RIA). Kemudian yang keempat, terjadi pada Ahad (25/8) kemarin yang menimpa Darmawan alias Nang warga Dusun 3 Desa Batu Ampar Kecamatan Sira Pulau Padang, Ogan Komering Ilir, Sumsel berusia 36 tahun di lokasi konsesi PT Bhara Induk.
“Keempat kejadian tersebut terjadi di landscape Kerumutan seluas 120 ribu Ha sebagai habitat harimau yang telah dirusak 15 korporasi HTI dan HPH dan 7 korporasi Sawit,” sebut Made.
Dijelaskan Made, landscape Kerumutan salah satunya terdiri atas Suaka Margasatwa (SM Kerumutan) berada di Kabupaten Pelalawan, Indaragiri Hulu dan Indragiri Hilir. Luasnya sekira 120 ribu hektar. Di dalam lansekap ini terdapat beberapa jenis flora dan fauna.
Untuk flora, terdiri dari tanaman punak (tetramerista glabra), sagu hutan (adenantera pavonina), gerunggung (cratoxylum arborescens), bintangur (callophylum schoulatrii), resak (vatica waliichi), balam (palaqium sp).
“Sedangkan fauna, harimau loreng sumatera (panthera tigris sumatrae), macan dahan (neofelis nebulosa), owa (hylobates moloch), rangkong (bucheros rhinoceros), monyet ekor panjang (macaca fascicularis), dan kuntul putih (egretta intermedia),” jelasnya.
Di dalam landscape Kerumutan ada 15 korporasi HTI dan HPH: PT Selaras Abadi Utama, PT Rimba Mutiara Permai, PT Mitra Taninusa Sejati, PT Bukit Raya Pelalawan, PT Merbau Pelalawan Lestari,
PT Mitra Kembang Selaras, PT Arara Abadi, PT Satria Perkasa Agung, PT Mutiara Sabuk
Khatulistiwa, PT Bina Duta Laksana, PT Sumatera Riang Lestari, PT Bhara Induk, PT Riau Indo Agropalma, PT Bina Daya Bentara dan PT Inhil Hutani Permai (HTI dan HPH).
Selain korporasi HTI dan HPH, juga terdapat 7 korporasi perkebunan kelapa sawit: PT Tabung Haji Indo plantation/ PT MGI, PT Gandaerah Hendana, PT Guntung Hasrat Makmur, PT Guntung Idaman Nusa, PT Bhumireksanusa Sejati, PT Riau Sakti Trans Mandiri dan PT Riau Sakti United Plantation dengan dua konsesi (sawit). Pada 2005 luas hutan alam di landscape Kerumutan 512.972 Ha saat ini tinggal 285.659 Ha.
“Keberadaan korporasi ini mengakibatkan deforestasi di landscape Kerumutan dan menghancurkan habitat Harimau Sumatera dan keselamatan warga setempat dan buruh yang menjadi korban,” kata Made.
Dalam kesempatan itu, Jikalahari merekomendarikan kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan segera, pertama review Amdal dan izin lingkungan seluruh perusahaan HTI dan sawit di landscape Kerumutan. Dan kedua, segera mengganti Kepala BBKSDA Provinsi Riau karena kematian diterkam harimau berulang di lokasi yang sama.(sol)
Laporan SOLEH SAPUTRA, Pekanbaru