BANGKINANG (RIAUPOS.CO) -- Sejumlah mahasiswa dari berbagai kampus dan elemen di Kabupaten Kampar aksi protes di depan Kantor Bupati Kampar sejak Senin (29/4) pagi. Mahasiswa mengajukan sejumlah tuntutan terkait salah satu tambang batu bara di Kecamatan Kampar Kiri Hulu. Aksi ini berlatar penolakan masyarakat terhadap tambang tersebut.
Perwakilan mahasiswa Gandi Alfajri menjelaskan, aksi pagi tadi merupakan aksi tindak lanjut dari penolakan masyarakat empat desa di Kampar Kiri Hulu.
’’Izin ini sudah laman izinnya, sejak 2008, tapi hanya sebatas izin. Apa yang perusahaan janjikan tak ada yang direalisasikan. Maka kami hari menuntut Pemkab Kampar agar menghentikan dan menolak adanya Tambung Batu Bara ini, demi masyarakat kita,’’ sebut Gandi.
Adapun perusahaan tambang ini adalah PT Buana Tambang Jaya. Tambang ini bila beroperasi tidak hanya berdampak pada hutan, tapi juga berdampak pada empat desa paling hulu di Kecamatan Kampar Kiri Kulu. Empat desa itu Desa Pangkalan Kampas, Libuk Bigau, Kebun Tinggi dan Tanjung Permai.
Mahasiswa meminta Bupati Kampar Catur Sugeng Susanto menemui mereka. Namun Sekda Kampar Yusri yang diutus Bupati untuk turun menemui mahasiswa.
Sekda menyebutkan, memang perizinan pertambangan saat ini dialihkan ke provinsi seperti pertambangan Galian C dan ke Kementrian untuk Batu Bara dan Mineral. Dia menyebutkan, Pemkab Kampar sudah menyurati Gubernur Riau dan itu sudah dibalas, suratnya ada di Satpol PP. Atas surat itu, kata Yusri, sudah diindaklanjuti, sudah ada inventarisir dan penertiban yang sedang berjalan. Yusri menyebutkan, semua aspirasi dari masyarakat, termasuk mahasiswa akan diterima.
’’Kami senang kalau mahasiswa punya data dan diserahkan ke kami, ini akan memperkuat dan meyakinkan kami dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat, karena perizinan ini ada yang di Pemerintah Provinsi dan Kementrian,’’ sebut Yusri.
Namun mahasiwa ngotot ingin bertemu Bupati Kampar Catur Sugeng Susanto yang sedang rapat teknis bersama seluruh Pimpinan OPD Kabupaten Kampar. Harapan mereka buyar, karena Bupati tidak bisa meninggalkan ruangan rapat. Tapi mahasiswa menerima untuk sementara waktu.
’’Ini demo yang pertama dalam aksi ini. Untuk sementara, ini kami terima, akan kami lihat apakah ada indikasi tidaklanjut atau tidak. Bila tidak ada, kami akan melakukan aksi lanjutan dengan massa yang lebih besar,’’ sebut Gandi di akhir aksi.
Penulis: Hendrawan
Editor: Eko Faizin