PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Debat publik Pemilihan Gubernur Riau (Pilgubri) 2018 berjalan sukses, Jumat (27/4) malam. Kegiatan yang diselenggarakan di Hotel Labersa itu cukup menyita perhatian publik. Terkhusus bagi pendukung 4 pasangan calon (paslon). Itu terlihat dari ramainya pendukung yang hadir di area hotel.
Ada yang menggunakan atribut kampanye hingga seragam paslon. Sekitar pukul 19.00 WIB ballroom tempat dilaksanakan debat sudah dipenuhi pendukung. Ada sekitar 500 orang yang hadir. Bagi pendukung yang tidak mendapat undangan resmi KPU, tidak diberi izin masuk. Sehingga di luar ruang juga banyak pendukung yang menunggu hingga acara selesai.
Debat terdiri dari beberapa sesi dengan durasi 90 menit. Acara yang dipandu Chacha Annisa itu dibuka dengan penyampaian visi dan misi paslon. Chacha menjelaskan, penyampaian visi misi diberikan waktu selama satu setengah menit. Apa pun yang terjadi, jika waktu habis, paslon tidak ada lagi kesempatan melanjutkan.
Pasangan nomor urut 1 Syamsuar-Edy Nasution mendapat kesempatan awal. Syamsuar, dalam penyampaian visi misi menyebut Riau merupakan negeri yang amat kaya. Baik dari segi geografis maupun sumber daya alam. Tapi yang terlihat warga Riau masih jauh dari kategori makmur.
Maka dari itu, untuk mengubah apa yang ada saat ini Riau perlu sosok pemimpin peduli rakyat. Serta pemimpin yang mau bekerja keras untuk kemakmuran negeri. Kemudian, salah satu yang akan menjadi fokusnya nanti adalah peningkatan sumber daya manusia (SDM). Seperti mendirikan sekolah gratis. Hal itu diakui Syamsuar telah dia buat saat memimpin Kabupaten Siak.
“Nantinya kami akan memberikan pelatihan kepada kaum perempuan serta generasi muda atau pelajar,” ucapnya.
Belum selesai Syamsuar menyampaikam visi dan misi, waktu yang diberikan sudah habis. Sehingga pembicaraan Syamsuar langsung dipotong Chacha selaku moderator. Hal itu sempat mengundang sorak dari pendukung pasangan nomor urut 1 itu.
Debat dilanjutkan dengan penyampaian visi paslon nomor urut 2 Lukman Edy-Hardianto.
“Riau beberapa tahun belakangan mengalami kemunduran. Pertumbuhan ekonomi paling rendah se-Indonesia. Kemudian angka kebodohan masih tinggi. Infrastruktur sangat minim. 70 persen kemiskinan berada di desa,” ucap Lukman Edy mengawali pembacaan visinya.