Sejak 2006, Muatan Lokal Melayu Diterapkan

Riau | Selasa, 26 Juni 2018 - 13:07 WIB

Sejak 2006, Muatan Lokal Melayu Diterapkan
Bupati Siak Drs H Syamsuar Msi bersama Wakil Bupati Siak Drs H Alfedri Msi, Sekda Siak T Said Hamzah bersama pimpinan OPD menggelar halalbihalal usai pelaksanaan apel di halaman Kantor Bupati Siak, Senin (25/6/2018).

SIAK (RIAUPOS.CO)---BUPATI Siak H Syamsuar Msi memimpin pelaksanaan Apel Penguatan Muatan Lokal Melayu Riau di lingkungan Pemkab Siak, Senin (25/6). Apel tersebut digelar, sehubungan imbauan Pemprov Riau terkait pencanangan muatan lokal Budaya Melayu Riau pada tahun ini, untuk memperkuat nilai-nilai kearifan lokal di lembaga pendidikan formal setingkat SD dan SMP sederajat.

Baca Juga :Ketua DPRD Siak Berikan Bantuan untuk Warga Terdampak Banjir

Dalam sambutannya Syamsuar menyebut, penerapan pengajaran Budaya Melayu Riau sebagai konten pengajaran muatan lokal telah dilaksanakan di Siak sejak lama. Dimulai sejak periode kepemimpinan Gubernur Riau Rusli Zainal dan Bupati Siak Arwin AS. Bahkan kata Syamsuar di zaman Kesultanan Siak, kearifan budaya Melayu bahkan menjadi payung kebhinnekaan bagi terwujudnya keharmonisan masyarakat di Negeri Istana itu. 

“Kabupaten Siak telah menerapkan pengajaran muatan lokal budaya melayu sejak tahun 2006 lalu, jadi masuknya budaya melayu sebagai materi pengajaran muatan lokal bukanlah sesuatu yang baru. Kita punya Perbup Nomor 65 Tahun 2017 Tentang Pelaksanaan Pembelajaran Muatan Lokal dan Budaya Melayu Siak. Setakat ini Kabupaten Siak juga masih satu-satunya daerah di Riau yang telah memiliki peraturan daerah nomor 1 Tahun 2016 tentang rencana induk pelestarian budaya Melayu di Kabupaten Siak” terang Syamsuar.

Orang nomor satu di Negeri Istana ini juga menyebut, apel perdana bersama seluruh ASN dilingkungan Pemkab dengan pakaian Melayu lengkap tersebut, salah satunya merupakan implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Siak Nomor 14 Tahun 2015 tentang berbahasa dan berpakaian Melayu, serta Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2012 tentang rencana induk pengembangan pariwisata daerah Kabupaten Siak.

“Artinya kita tinggal mengambil momentum ini sebagai penguatan Muatan Lokal Budaya melayu Riau, sebagaimana telah kita terapkan disekolah-sekolah. Kalau diulang pencanangan lagi, nanti kita diketawakan orang” ujar Syam. Ia juga menyebut beberapa peraturan daerah tersebut justru lahir atas inisiatif DPRD Kabupaten Siak.

Kata dia, Pemkab bersama DPRD komit untuk mempertahankan kebudayaan Melayu di Kabupaten Siak agar tidak hilang dimakan zaman, sehingga rencana pembangunan dan pelestarian kebudayaan Melayu dituangkan melalui landasan hukum Peraturan Daerah agar Pemda dalam melaksanakan kebijakan pembangunan memiliki panduan untuk melestarikan nilai-nilai dan cagar budaya Melayu.

“Sejalan dengan itu Perda terkait tata cara berpakaian dan berbahasa Melayu, menjadi acuan ASN, pelajar dan karyawan-karyawati berpakaian Melayu. Misalnya himbauan pemakaian tanjak disetiap Hari Kamis dan Jumat dan berbahasa melayu Siak” terang Syamsuar.

Manfaat penerapan Muatan Lokal Budaya Melayu kata Syam, juga sudah dapat dilihat pada perkembangan generasi muda dan pelajar Kabupaten Siak yang kian fasih mengenal budaya.

“Di Siak, meski beragam suku bangsa, anak-anak kita para pelajar pandai memukul kompang, menarikan zapin, dan tak canggung berbahasa Melayu” tutupnya.(adv/a)

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook