SIAK (RIAUPOS.CO) -- Empat anak buah kapal (ABK) yang ditemukan tewas, Jumat (19/4) siang dalam sebuah kapal ponton di Pelabuhan Kawasan Industri Tanjung Buton (KITB). Kasusnya kini terus didalami pihak kepolisian dari Mapolres Siak.
Meskipun dugaan kematian akibat kekurangan oksigen menjadi indikasi awal, namun kelalaian pihak pengusaha dan pengawas pelabuhan juga tetap didalami.
Demikian ditegaskan Kapolres Siak AKPB Ahmad David SIK kepada Riau Pos, Senin (22/4). Menurutnya empat korban tewas yang diduga ABK dari ponton BG Maju Lancar yang tengah dibersihkan dan menjalani servis. Mengakibatkan para korban pingsan hingga tewas dengan dugaan awal kekurangan oksigen.
“Kami lakukan penyelidikan. Sedang diselidiki petugas atas korban tewas di Tanjung Buton tersebut,” ujarnya.
Dijelaskannya, penyelidikan yang dilakukan lebih kepada bukti-bukti atas apa yang terjadi di lapangan sekarang masih dirangkum pihaknya. Sehingga bisa dilihat apakah ada kelalaian dari perusahaan, atau memang dari ABK itu sendiri.
“Kelalaian perusahaan atau memang kelalaian petugas dari awak kapal. Ini tengah didalami, dalam pekan ini mudah-mudahan sudah bisa diketahui,” sambungnya.
Seperti diberitakan Riau Pos akhir pekan lalu, kecelakaan kerja di pelabuhan Tanjung Buton dan menewaskan 4 ABK tersebut karena keracunan didalam dok kapal. Karena ruangan sempit dan memerlukan waktu dan tenaga untuk evakuasi.
Hingga Jumat sore usai kejadian, keempat korban berhasil dikeluarkan dari lambung kapal. Dengan menarik ponton ke dermaga. Menggunakan sebuah kapal tugboat TB Aditya 55. Kemudian alat berat juga disiapkan di atas dermaga.
Bermula ketika korban yang sedang membersihkan lambung ponton, di mana udara yang masik sangat minim, sehingga para ABK sempat pingsan dan terjatuh dilambung ponton itu. Dikabarkan 4 ABK tersebut terjebak dalam kapal BG Maju Lancar.
Peristiwa dikabarkan terjadi sekitar pukul 10.00 WIB. Berdasarkan informasi keempat korban diketahui meninggal pada pukul 11.45 WIB, dari ABK lain di dalam bunker. Rekan-rekan korban sempat mencoba mengevakuasi korban tapi kesulitan karena bunker berbentuk lorong dan panjang.
Kapten kapal berinisiatif menolong menggunakan tabung oksigen dan 1 orang berhasil dievakuasi. Satu orang korban yang berhasil dievakuasi bernama Muhammad Ishak. Kemudian tiga korban lainnya masih dalam bunker, yakni Fahruddin (Mualim I), Indra Bayu (Masinis II) dan Indra Maulana Ansar (Juru Mudi). Peristiwa ini dilaporkan Polsek Sungai Apit kepada Basarnas Pekanbaru sekitar pukul 13:30 WIB guna membantu evakuasi.(egp)