Ragam Tradisi Sambut Bulan Ramadan

Riau | Rabu, 22 Maret 2023 - 11:58 WIB

Ragam Tradisi Sambut Bulan Ramadan
Infografis (RIAU POS)

Bulan Ramadan yang penuh berkah dijalani dengan ikhlas dan penuh suka cita. Kehadiran bulan ini disambut dengan diri dan hati yang suci. Di beberapa daerah di Riau, ada tradisi membersihkan diri jelang Ramadan yang dilakukan hampir sama, namun dengan sebutan yang berbeda. Tak hanya itu, beragam tradisi lain juga digelar.  
 

RIAUPOS.CO - MANDI belimau istilah tradisi menyucikan diri yang kerap didengar jelang memasuki Ramadan. Namun, di beberapa daerah tradisi yang sama dikenal dengan sebutan yang berbeda. Di Pekanbaru dikenal dengan petang megang, di Indragiri Hulu disebut potang mogang di Indragiri Hulu, di Kampar dan Kuantan Singingi ada balimau kasai, di Kepulauan Meranti dikenal dengan mandi balimau di Pelalawan masyarakat mengenal dengan istilah mandi balimau sultan atau mandi balimau kasai potang mogang, dan Rokan Hulu dikenal dengan istilah potang bulimau.

Baca Juga : Tergelincir

Yang jelas, mandi belimau sehari sebelum puasa adalah bukti nyata sebagai tanda membersihkan diri secara lahir. Tradisi tersebut berupa mandi belimau, yang dijalankan umumnya sehari menjelang dimulainya ibadah puasa. Atau pada saat mandi sore dimana pada malamnya akan dilaksanakan sahur perdana.

Ketua Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Rohil Juprizan menyebutkan,  tradisi tersebut masih bertahan di tengah masyarakat Rohil baik yang di daerah pesisir maupun di daratan.

“Kebiasaan tersebut tentunya jika dipandang dari segi adat budaya cukup baik sebagai simbol untuk membersihkan fisik lebih baik lagi dibandingkan biasanya karena menyongsong datangnya Ramadan di mana umat muslim menjalankan ibadah puasa,” kata Juprizan, Ahad (20/3).

Dia mengatakan tradisi itu tentunya beranjak dari norma agama, di mana setiap muslim diwajibkan untuk dapat menjaga kebersihan yang dimulai dari kebersihan diri, seterusnya menjaga kebersihan lingkungan serta yang paling utama menjaga kebersihan secara psikis berupa menerapkan akhlak dan kelakuan yang baik.

Kebiasaan menjaga kebersihan bagi kalangan muslim terangnya terlihat dari kebiasaan berwudu pada saat menjelang melaksanakan ibadah salat baik wajib maupun sunah. Hal itu selanjutnya diadopsi oleh kalangan masyarakat Melayu dengan membuat kebiasaan yang dikhususkan dengan adanya momen seperti bulan suci Ramadan.

Pada masa dahulu terangnya, media untuk membersihkan diri sambil mandi tersebut umumnya mengunakan berbagai tanaman dengan unsur yang mengandung kebaikan untuk kesehatan serta menimbulkan bau wangi.

Sehingga tak heran untuk tradisi mandi belimau tersebut biasanya mengunakan air yang sebelumnya dicampur dengan berbagai dedaunan seperti pandan, limau atau jeruk dan sebagainya. “Kami mendorong agar tradisi ini tetap lestari di tengah masyarakat karena selain merawat budaya secara tak langsung manfaatnya juga sangat baik bagi kesehatan, terlebih jika diniatkan sebagai lebih meningkatkan lagi menjaga kebersihan diri, menghadapi dan selama bulan suci Ramadan,” kata Jufrizan.

Ia menambahkan tradisi yang ada di Rohil tersebut jika dibandingkan dengan sejumlah daerah lainnya memang terkesan sama, namun bedanya pada saat dilaksanakan lebih tertutup atau bersifat sendiri. Tidak dilaksanakan secara terbuka dengan mandi bersama di sungai dan sebagainya.

Hal itu terangnya tentu lebih baik lagi jika dipandang dari sisi agama karena mencegah terjadinya membaur antara pria dan wanita yang bukan muhrim yang dipandang tak elok tentunya di tengah masyarakat.

Jika di Rohil mandi belimau digelar tertutup, di Kabupaten Kampar justru berbeda yakni digelar secara terbuka. Desa Batu Belah, Kecamatan Kampar akan dijadikan pusat balimau kasai  tahun ini.

Ketua Panitia Balimau Kasai 2023 Firdaus mengatakan, balimau kasai  merupakan sebuah tradisi  masyarakat Kabupaten Kampar yang biasanya dilaksanakan sehari menjelang masuknya bulan puasa (Ramadan).

‘’Ini merupakan gambaran bentuk rasa syukur serta kegembiraan masyarakat dalam memasuki bulan suci ini serta merupakan simbol penyucian dan pembersihan diri,’’ jelas Firdaus, Ahad (19/3).

Kemudian Ketua Pimpinan Kecamatan (PK) Kecamatan Kampar ini juga mengajak seluruh masyarakat Desa Batu Belah untuk menjadikan balimau kasai kali ini menjadi yang terbaik dari sebelumnya. “Mari bahu-membahu menjadikan balimau kasai kali ini kegiatan paling istimewa dan meriah dari sebelumnya,” ujar pria yang akrab dipanggi Ipir.

Berbagai rangkaian kegiatan telah disiapkan seperti pada 16 Maret 2023 sudah berjalan  festival rebana se-Kabupaten Kampar, 17 Maret perlombaan syahril Al-Qur’an tingkat kabupaten. Selanjutnya perlombaan permainan rakyat tingkat TK dan SD.

Di Kuantan Singingi, berbagai aktivitas masyarakat menjelang masuk bulan Ramadan bermacam-macam. Mulai dari ziarah kubur, makan bersama di masjid hingga berburu tempat mandi belimau.

Untuk ziara kubur, ini dilakukan masyarakat yang tergabung dalam persukuan hingga masyarakat umum desa dan kelurahan. Setelah ziarah kubur tersebut, prosesi berikutnya adalah makan bersama di masjid-masjid dan musala.

Sedangkan untuk mandi balimau, biasanya dilaksanakan sehari menjelang penetapan Ramadan. Biasanya ini dilakukan muda-mudi Kuansing dengan mendatangi objek wisata yang ada di Kuansing.

Mandi belimau ini biasanya dipusatkan di Kelurahan Muara Lembu,  Kecamatan Singingi. Menurut informasi, tahun ini di Muara Lembu akan dimeriahkan oleh pembalap-pembalap motokros dari dalam daerah dan luar kota.

Mandi belimau di Muara Lembu tersebut juga akan dihadiri Plt Bupati Kuansing, H Suhardiman Amby. “Iya. Pak Plt bupati diagendakan akan hadir saat mandi balimau di Muara Lembu. Tradisi mandi balimau di Muara Lembu menjadi acara rutin tahunan. Di mana, kepala daerah selalu hadir,” jelas Kabid Kominfo Kuansing, Hevi Heri Antoni.

Demikian juga di Kepulauan Meranti. Tradisi membersihkan diri tersebut juga terbuka dan kerap dilakukan di objek wisata Tasik Nambus yakni danau di pedalaman hutan Desa Tanjung Katung, Kecamatan Tebingtinggi Barat.

Tasik yang berwarna merah marone itu masih dipercaya sebagai salah satu tempat terbaik untuk menyucikan diri oleh masyarakat. Seiring atas kepercayaan tersebut, tradisi mandi belimau masih diyakini oleh warga daerah setempat.

Sementara itu, di Pekanbaru, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Pekanbaru, Hj Masriya mengatakan, dalam menyambut bulan suci Ramadan, Pemko Pekanbaru akan melaksanakan tradisi petang megang satu hari sebelum Ramadan di tepian Sungai Siak.

Titik berkumpul awal di Masjid Raya Pekanbaru. Sebelum Salat Asar diawali dengan melakukan ziarah ke makam marhum pekan, selanjutnya Salat Asar berjemaah. Dilanjutkan dengan bergeser ke arah Rumah Tuan Kadi. “Nanti akan dihadiri pak Pj Wali Kota Pekanbaru, Muflihun.

Lanjutnya, rangkaian petang megang atau mandi balimau tahun ini masih sama dengan rangkaian tahun sebelumnya. Di tepian Sungai Siak nanti akan ada prosesi memandikan anak-anak yatim. Untuk tahun ini dia menyebutkan tidak ada lomba menangkap titik. “Karena ada saran dari beberapa orang dan menimbang bahayanya maka untuk lomba tangkap itik di Sungai Siak ditiadakan,” terangnya.

Jika di Pekanbaru digelar di tepian Sungai Siak, di Kebupaten Pelalawan, mandi belimau yang dikenal masyarakat setempat dengan istilah mandi balimau sultan akan dipusatkan di pinggir Sungai Kampar dan di Balai Anjungan Tepian Ranah Tanjung Bunga, Kelurahan Langgam, Kecamatan Langgam.  

Mandi balimau sultan merupakan tradisi turun-temurun dari Kerajaan Pelalawan. Kegiatan ini dilaksanakan di Istana Sayap Kerjaan Pelalawan. Di mana masyarakat berkerumun menyaksikan prosesi kegiatan di pinggir Sungai Kampar yang menjadi lokasi mandi balimau sultan, Ahad (12/3) lalu.

Biasanya, tradisi ini diiringi dengan mandi balimau kasai bagi masyarakat luas, dikenal petang maogang, setelah Sultan Pelalawan Assyaidis Syarif Kamaruddin Haroen menyiram kepala pada tetua adat ataupun kepala suku.

Mandi balimau sultan dimulai dari menjemput pewaris Kerajaan Pelalawan oleh sejumlah pengawal berbaju adat. Sultan kemudian diarak untuk melaksanakan salat berjemaah. Sebelum itu, Sultan Pelalawan mengambil wudu di sebuah telaga yang dikhususkan bagi keluarga kerajaan. Tempat air ini dikenal dengan Talago Nago.

Usai salat, Sultan Pelalawan memimpin rombongan untuk berziarah ke pemakaman pendahulunya, tak jauh dari masjid bersejarah yakni Masjid Hibah. Kemudian dilanjutkan makan bersama dengan tamu undangan dan masyarakat sekitar.

Puncak acara adalah penyiraman air dari akar dan bunga dicampur jeruk nipis kepada kepala suku ataupun tokoh adat. Penyiraman ini sebagai sirat penyucian diri sebelum memasuki  Ramadan.

Setelah itu, Sultan Pelalawan memberikan pepatah-petitih berisi pesan moral dalam beragama dan bermasyarakat. Sultan mengajak masyarakat rajin berbagi antara sesama. “Selalu beristigfar dan mengaji. Perbanyaklah sedekah dan memberi, senantiasalah menghitung diri, dalam puasa jangan menyalah, dan serahkan diri kepada Allah, mestilah puasa membawa berkah. Saling menghormati, janganlah lupa jaga persatuan sesama kita,” ujar Sultan Pelalawan Assyaidis Syarif Kamaruddin Haroen kepada Riau Pos, Ahad (12/3).

Sementara itu, Bupati Pelalawan H Zukri yang hadir berharap kegiatan ini selalu digelar sebagai pengingat bagi generasi muda. ‘‘Untuk itu, saya mengajak masyarakat di Negeri Seiya Sekata ini dapat melestarikan adat yang sudah berusia ratusan tahun ini,” tuturnya.

Menariknya, acara mandi balimau sultan tahun 2023 ini secara kompak para petinggi  Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Pelalawan ikut sebagai prosesi yang disiram oleh Sultan Pelalawan.

Penyiram dimulai dari Kejari Pelalawan Mohammad Nasir, selanjutnya Ketua DPRD Kabupaten Pelalawan Baharuddin, baru Bupati Pelalawan H Zukri, dan Wakil Bupati Pelalawan Nasaruddin, dan diakhiri Kapolres Pelalawan.

Usai pelaksanaan mandi balimau sultan, kegiatan akan dilanjutkan dengan pelaksanaan mandi balimau kasai potang maogang. Kegiatan ini setiap tahunnya digelar di Balai Anjungan Tepian Ranah Tanjung Bunga, Kelurahan Langgam, Kecamatan Langgam.

“Ya, pelaksanaan mandi balimau kasai potang mogang ini, telah kita jadwalkan pada Senin (20/3). Namun, karena kegiatan ini bentrok dengan kunjungan Wakil Presiden, maka pelaksanaannya akan diundur sore harinya,” beber Kepala Disparpora Pelalawan, Dodi Asma Syaputra SSTP kepada Riau Pos, Ahad (19/3).

Sementara itu, di Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) tradisi potang bulimau tingkat kabupaten yang diselenggarakan di tepi Sungai Batang Lubuh Pasirpengaraian. Untuk pelaksanaan belimau cano di Kecamatan Ujungbatu dipusatkan di Sungai Rokan. Sedangkan di Kecamatan Kepenuhan dan sekitarnya bolimau dipusatkan di Balai Adat LKA Kepenuhan.

Bupati Rohul, Sukiman mengatakan bulimau merupakan suatu momentum atau saat dan waktu untuk berkumpul bersama-sama sekaligus silaturahmi maaf- memaafkan, bisa sebatas keluarga atau satu kampung. Karena akan memasuki hari baik bulan baik yaitu puasa Ramadan.

Bulimau adalah melaksanakan ritual mandi atau mengusap kepala dengan air bermacam-macam jeruk (limau kapas, limau purut, limau manis, limau kasturi, dan lain lain) sesuai kemauan dan kehendak yang membuat.

Kemudian air limau tersebut dicampur dengan daun-daun harum, seperti serai wangi, arai pinang, daun limau atau jeruk, daun pandan wangi, atau disebut daun bunga rampai yang tidak ada ketentuan jumlah dan banyaknya, hanya didasarkan kepada kemauan dan kesanggupan si pembuat untuk mencari dan mendapatkannya.

Acara belimau itu, bisa saja di rumah masing-masing atau secara berkumpul di masjid-masjid. ‘’Filosofis acara ini (bulimau) adalah silaturahmi, kekeluargaan, dan saling memaafkan dengan suasana gembira memasuki bulan yang suci, bulan agung, dan bulan beramal.

Hal ini didasari pada waktu dulu, kehidupan antar masyarakat satu dengan lain terpisah jarak, ada yang di kampung dan ada yang di ladang. Maka pada bulan puasa berkumpul untuk melaksanakan Salat Tarawih dan Witir bersama di masjid, dan mengisi malam-malam Ramadan.

Sore atau petang sebelum Ramadan melaksanakan bulimau di masjid biasanya berada di tepi sungai. ‘’Bulimau itu sendiri bisa dengan langsung mandi atau cukup mengusapkan air limau di kepala, pertanda pembersihan diri karena waktu itu tidak ada sabun dan shampo. Jika di laksanakan secara  kampung atau tradisi kebiasaan,’’ sebutnya.

Sementara itu, di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) potang mogang ini sesuai adat Melayu Indragiri lebih kepada saling mengunjungi antar sesama. Demikian disampaikan Ketua Majelis Kerapatan Adat (MKA) Dewan Pimpinan Harian (DPH) Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Kabupaten Inhu, Datuk Seri Encik Aljunaidi, Ahad (19/3).  “Saling mengunjungi terutama orang yang dituakan (tetue bahasa Melayu) itu seperti ulama, tokoh adat, datuk hingga paman,” ujar Datuk Seri Encik Aljunaidi.

Selain mengunjungi tetue sebutnya, juga mengunjungi orangtua, guru-guru, mertua hingga tetangga. Kemudian potang mogang akan dilengkapi dengan berziarah kubur. Potang mogang itu sambungnya, lebih kepada bersilaturahmi yang dilengkapi dengan saling memaafkan antar sesama atau membersihkan hati. Sehingga ketika melaksanakan potang mogang, perintah atau menjalankan ibadah puasa Ramadan dapat dilakukan secara sempurna.

“Saling memaafkan sangat penting sebelum menjalankan ibadah puasa Ramadan. Artinya, hubungan antar manusia dengan saling memaafkan sudah terjalin yang pada akhirnya ibadah puasa Ramadan berharap diterima sang pencipta,” ungkapnya.

Hingga saat ini sambungnya, potang mogang masih dapat dilihat dan berjalan. Masing-masing keluarga saling kunjung-mengunjungi dan barziarah ke makam keluarga. Di mana pelaksanaan potang mogang itu dilakukan paling tidak sepekan sebelum pelaksanaan puasa Ramadan.

Di Siak, mandi belimau digelar di Telaga Batin Bungsu. Bupati Siak Alfedri bersama Camat Minas Dicky Sofyan mengikuti prosesi ini. Disebutkan Bupati Alfedri, kegiatan mandi belimau di Telaga Batin Bungsu merupakan yang perdana. “Telaga ini sangat nyaman dan aman bagi anak anak, sebab disediakan pemandian,” kata Bupati Alfedri.

Untuk Kabupaten Siak, ternyata mandi belimau tidak hanya dilakulan di Minas, tapi hampir di setiap kecamatan, seperti Tualang, Siak, Pusako, Mempura dan Sungai Apit. Bahkan untuk Kecamatan Sungai Apit, Camat Sungai Apit Tengku Mukhtasar mengatakan akan digelar Rabu (22/3).

Di Bengkalis Kenduri Ruah dan Ziarah Kubur

Satu pekan menjelang Ramadan di Bengkalis, umat Islam disibukkan oleh tradisi kenduri ruahan dan juga ziarah kubur. Bahkan sejak Jumat (17/3) umat Islam memadati pemakaman umum untuk mendoakan para orang tua dan leluhur mereka.

“Ini tradisi menjelang masuknya bulan suci Ramadan. Selain berziarah ke kuburan dan mendoakan orang tua dan kerabat yang sudah meninggal dunia, juga digelar kenduri ruahan atau dikenal bulan syakban,” ujar Alwi, salah seorang tokoh agama di Desa Bantan Sari,  Kecamatan Bengkalis. “Biasanya itu dijadikan sedekah bagi tuan rumah, yang pahala sedekahnya disampaikan kepada arwah orang tua dan keluarga yang sudah meninggal dunia,’’ tambahnya.

Hal yang sama dilakukan masyarakat  di Dumai. Menjelang Ramadan mereka menziarahi orang tua dan sanak keluarga. Tidak hanya masyarakat Dumai, namun sejumlah peziarah asal luar Kota Dumai seperti Pekanbaru, Bengkalis, Rokan Hilir dan berbagai daerah lainnya mendatangi pemakaman umum di Kota Dumai.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai, Yusmadinar saat dikonfirmasi melalui Kepala Seksi (Kasi) Kebudayaan Nanta, mengatakan di Kota Dumai tidak ada kegiatan khusus yang dilakukan masyarakat Dumai.(amn/kas/epp/fad/kom/ksm/yas/ilo/mng/wir/MX12)

 

Laporan TIM RIAU POS, Pekanbaru









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook