Kepergian sang ayah H Ridwan Dailami menyisakan kesedihan yang mendalam bagi Bupati Alfedri dan adik-adiknya. Enam bersaudara ini mengenang sang ayah sebagai sosok pekerja keras, disiplin, dan tegas, namun humoris.
RIAUPOS.CO - Tak melulu bekerja keras dan disiplin. Tak jarang dia mengajak anaknya bersenda gurau, ketika semua pekerjaan sudah beres, sehingga suasana mencair dan penuh keakraban. Diceritakan Camat Rokan IV Koto Alfarid Toha SP, sejak sepekan lalu sang ayah tak mau makan, kesehatannya menurun. Makanya pada Kamis (15/6) dibawa ke ICU RSUD Tengku Rafi’an untuk menjalani perawatan, karena sudah tidak sadar.
“Qadarullah, mungkin waktunya sudah tiba, ayah berpulang. Ayah tidak ada menderita sakit apa-apa, mungkin faktor usia, dan kami ikhlas melepasnya,” kata Alfarid.
Lalu Alfarid menjelaskan perihal bagaimana sang ayah mendidik mereka. Meski ayahnya sebagai ASN, dan pensiunan Sekcam, disebutkan Alfarid, bukan berarti mereka boleh tidak disiplin.
“Kami membantu ayah di sawah, membantu menderes karet, mengelola kolam, namun saat azan Salat Ashar kami pulang, sebab selesai salat, kami diberi waktu berolahraga sampai menjelang azan Salat Magrib,” terang Alfarid.
Tak ada waktu yang terlewatkan sia-sia, semua dilewati untuk semua hal yang bermanfaat, membantu orang tua, belajar, berolahraga dan lainnya.
Sejatinya dia sosok yang begitu menginginkan anak-anaknya tangguh dan besar bukan karena tangan dia, tapi dari tangan sendiri. Makanya ketika mulai kuliah, bertemu di Pekanbaru, tidak ada cerita ada tambahan belanja atau uang jajan, karena memang bulanan sudah dikirim. Ayah mengajak makan, bercerita dan memberikan dukungan. Ayah tidak memberikan tambahan jika tidak ada keperluan yang memang benar-benar dibutuhkan.
Apa yang dilakukan ayah, sejalan dengan sang ibu Hj Latifah yang kini harus berpisah dengan ayah untuk selama-lamanya. Disebutkan Alfarid, dia ikut merasakan kesedihan ibu, karena sejak kecil dia begitu dekat dengan ibu. Saking sayangnya ibu pada ayah, ibu ikut membantu perekonomian dengan berjualan, kue dan keripik.
“Kami ikut membantu ibu. Semangat ibu membuat kami bangkit menjadi anak-anak yang selalu optimis dan aktif,” terang Alfarid.
Diterangkan Alfarid, dia anak kedua dari enam bersaudara. Abangnya paling besar Bupati Siak Alfedri, nomor tiga sudah almarhum bernama Auskarni, sebelumnya kepala sekolah, Alfarizi dinas di Inspektorat, Meutia Farida sebagai perawat, Hariman Alki, bungsu pengusaha dan politisi di Rohul.
Bicara abangnya Bupati Alfedri, tentu saja bicara bagaimana ayahnya bangga kepada Bupati Alfedri. Dia tak berubah, selalu santun, bersahaja.
“Bagi kami adik-adiknya, dia itu sosok panutan, dan kami bangga dengannya,” kata Alfarid.
Demikian juga dengan ayah. Ayah bangga dengan capaian Alfedri. Sama dengan ayah, Alfedri pekerja keras dan pantang menyerah. Sejak dulu lagi, sejak masih kecil dia itu dinilainya begitu gigih, dan apa yang dicapainya saat ini buah dari kegigihan dan kerja kerasnya, serta tentunya doa dari ayah dan ibu yang terus mengalir untuknya.
Disebutkan Alfarid, ayahnya dimakamkan di Makam Keluarga Rajo Kando, Desa Rokan Koto Ruang, Kecamatan Rokan IV Koto, Kabupaten Rokan Hulu.***
Laporan MONANG LUBIS, Siak