SIAK(RIAUPOS.CO)---Kenduri kue apam merupakan teradisi di kalangan masyarakat Melayu Siak pada masa lampau. Tradisi kenduri kue apem ini dibuat dalam rangka memperingati Israk Mikraj Nabi Muhammad SAW di akhir bulan Rajab, sekaligus untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan.
‘’Dulu di kalangan masyarakat Melayu Siak setiap bulan Rajab warga melakukan kenduri kue apam atau kenduri kecik namanya. Kendurinya dilakukan hanya pada rumah warga saja, yang tujuannya selain sudah menjadi tradisi turun temurun, kenduri juga mengundang tetangga sekitar untuk membacakan doa selamat bagi keluarga yang sudah meninggal, juga mendoakan tuan rumah agar sehat dalam menyambut bulan puasa. Biasanya kenduri ini dibuat bertanda bulan Ramadan akan datang,” terang Ketua Harian Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau Kabupaten Siak Wan Said, Senin (16/4).
Dijelaskan oleh Wan Said, pada zaman itu kue apam merupakan sajian khas yang telah diwariskan secara turun temurun. Dijadikannya kue apam sebagai menu utama kenduri, karena pada masa itu tak ada makanan lain untuk diolah masyarakat kampung yang kebanyakan bermata pencaharian berladang padi. Sehingga hanya kue yang berbahan dasar beraslah yang disajikan, seperti kue apam itu.
‘’Kenduri yang kita lakukan saat ini, dulu diadakan setiap bulan Rajab tiba, dan masyarakat membuat biasanya seusai Salat Jumat yang mengundang tetangga ke rumah, untuk membacakan doa. Pada zaman dulu orang payah cari makanan, kita harus kreatif membuat makanan sendiri, kalau tidak kreatif tidak makan, bukan seperti sekarang ada uang semua bahan untuk buat kue tinggal dibeli, karena tersedia,” tutur Wan Said.
Ditambahkannya, selain tradisi kenduri kue apam ada juga kenduri nasi yang biasanya masyarakat melaksanakannya setiap bulan Sya’ban. Kenduri nasi ini biasanya dilaksanakan bagi orang yang memiliki kelebihan rezeki dan diberikan kepada masyarakat tidak mampu. Kemudian ada juga tradisi masak bubur asyuro yang juga tradisi turun temurun yang dilakukan oleh nenek moyang masyarakat Siak dahulu. Namun dengan berjalannya waktu, semua tradisi itu mulai hilang sehingga generasi muda Melayu saat ini tidak mengetahui tradisi yang dibawa oleh para leluhurnya.
Senada hal tersebut, Plh Sekda Siak H Jamaluddin menyebut teradisi yang dilaksanakan saat ini merupakan tradisi orang tua dulu. Namun seiring berjalannya waktu tradisi ini hilang akibat perkembangan zaman. Namun ini merupakan khasanah daerah yang harus tetap dilestarikan, sesuai komitmen Pemkab Siak yang berjuang mengangkat potensi wisata religi dan budaya.
‘’Tradisi seperti ini kita dorong sebagai sarana promosi pariwisata Kabupaten Siak, tidak hanya tradisi saja yang menjadi fokus kita untuk dikembangkan, tetapi bangunan atau benda yang bernilai sejarah juga kita lakukan pemeliharaan dan perawatan. Yang tujuannya untuk menjaga dan melestarikan peninggalan para leluhur kita dulu, yang tentunya ada kaitan dengan nilai-nilai spiritual yang terkandung di setiap tradisi tersebut. Saat ini kita juga sudah memiliki tagline Siak The Truly Malay,’’ ucapnya.
Acara yang berlangsung meriah itu, selain dihadiri oleh Plh Sekda Siak H Jamaluddin, juga tampak hadir tokoh LAMR Kabupaten Siak, tokoh masyarakat, para kepala kampung se-Kecamatan Mempura serta ratusan siswa SD dan SMP yang ada di Kecamatan Mempura.(adv)