Kasus Positif Harian Bertambah 999, Pemprov Riau Terapkan WFH 50 Persen

Riau | Kamis, 24 Februari 2022 - 12:18 WIB

Kasus Positif Harian Bertambah 999, Pemprov Riau Terapkan WFH 50 Persen
Ilustrasi (DOK: RIAUPOS.CO)

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Tjandra Yoga Aditama menyebut bahwa berdasar data Kemenkes RI per 22 Februari 2022, total kasus kematian Covid-19 sejak wabah Omicron merebak mencapai 2.484 jiwa. Dari yang meninggal itu, hanya 46 persen memiliki komorbid. Dengan kata lain lebih dari separuhnya, yakni 54 persen tidak memiliki komorbid. "Artinya penyakit memberat sampai menuju kematian memang tidak sepenuhnya karena adanya komorbid," jelas Yoga, kemarin (23/2)

Data juga menunjukkan bahwa yang meninggal 53 persen adalah lansia. Lagi-lagi bahwa hampir separuh yang meninggal atau 47 persen bukan lansia.


"Kesimpulannya ancaman penyakit berat sampai meninggal memang dapat terjadi di berbagai kelompok umur. Kita tentu menyadari bahwa mungkin saja ada gabungan antara yang lansia, dengan komorbid, dan belum divaksinasi lengkap pula," kata Yoga.

Oleh karena itu, kata Yoga, penting untuk melakukan audit kematian untuk menentukan "cause of death (COD)". Kemudian analisa perjalanan penyakit sejak tertular, timbul gejala ringan sampai berat dan meninggal.

Yoga mengusulkan mumpung BOR masih ringan sekitar 30 persen,  mereka yang ringan tetapi punya resiko menjadi berat sebaiknya dirawat inap di RS saja. "Nanti kalau BOR jauh meningkat maka baru aturan dikembalikan lagi menjadi hanya kasus sedang dan berat," jelasnya.

Selain itu, faktor lain adalah masih cukup besarnya populasi warga Indonesia yang belum tervaksin lengkap. Jubir Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito mengungkapkan bahwa 49 persen populasi Indonesia belum menerima dosis vaksin keduanya. Bahkan secara tren nampak pula penurunan laju suntikan vaksin di bulan Februari ini.

Wiku mengatakan bahwa upaya percepatan cakupan dosis kedua. Khususnya di 20 provinsi dengan kenaikan kasus tertinggi saat ini perlu ditindaklanjuti secara serius. Provinsi-provinsi tersebut meliputi DKI Jakarta, Bali, Yogyakarta, Kepri, Kaltim, Jateng, Jatim, Jabar, Sumut, Riau, NTT, Banten, Sumsel Lampung, Sulut, Sulsel, Sumbar, Kalsel, Maluku dan Papua.  "Hal ini demi mencegah kenaikan kasus dalam daerah maupun importasi kasus dari daerah lain," kata Wiku.

Belum meratanya dosis kedua vaksin ini juga berpotensi menimbulkan masalah baru yakni kadaluarsanya stok vaksin yang dimiliki oleh Indonesia. Wiku berharap pemda terutama Pemprov memantau data vaksinasi di tiap kabupaten kota termasuk besar stok dosis berkala.  "Hal ini bisa dilakukan bersama dengan Diskes setempat untuk perencanaan kegiatan vaksinasi yang baik dengan prioritas kelompok rentan," jelas Wiku.

Sementara itu, penambahan kasus positif Covid-19 turut disumbang dari kasus tenaga kesehatan (nakes). Dari data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), ada ribuan nakes yang terpapar Covid-19 dalam masa gelombang ketiga ini.

Juru Bicara Vaksinasi Kemenkes Siti Nadia Tarmizi, mengatakan dari 26.900-an nakes yang dites, kurang lebih 11 persen nakes dokter terpapar dan 12 persen nakes non medis yang positif Covid-19. Artinya, ada 2.959 orang dokter dan 3.228 orang tenaga non-medis yang terinfeksi Covid-19. Kemudian, di bagian tenaga penunjang ada 7.400 orang dan tenaga manajemen rumah sakit sebanyak 3.900 tenaga orang.  

Jumlah tersebut kemungkinan bisa lebih banyak lagi. Pasalnya, data tersebut berdasarkan kasus yang dilaporkan di rumah sakit vertikal. "Jadi memang mungkin tidak mewakili semua nakes, karena seperti Rumah Sakit Umum Daerah atau Rumah Sakit Swasta tidak melaporkan yang terkait ini," paparnya.

Untuk mengantisipasi kondisi ini, Kemenkes telah melakukan rekrutmen relawan penanganan Covid-19. Mulai dari dokter spesialis (anestesi, paru, penyakit dalam, radiologi), dokter umum, apoteker, ahli teknologi laboratorium medik, bidan, dietisien, elektromedis, epidemiolog, fisioterapi.

Kemudian, tenaga kesehatan lingkungan, nutrisionis, perawat, psikolog klinis, perekam medis dan informasi kesehatan, pembimbing kesehatan kerja, radiografer, hingga tenaga teknis kefarmasian. Selain itu, pihaknya telah menyiapkan skenario lainnya dalam rangka pemenuhan nakes saat ini. Dimulai dari internal rumah sakit. Kemenkes telah meminta agar rumah sakit dapat melakukan pengaturan jadwal shift jadi lebih pendek.

Kemudian, memobilisasi nakes dari unit lain yang selama ini tidak memberikan pelayanan Covid-19. Termasuk, rencana memobilisasi dukungan seperti para mahasiswa Koas dan internship untuk dapat membantu rumah sakit yang kekurangan nakes. Dengan begitu, pelayanan kesehatan dalam masa pandemi Covid-19 masih bisa berjalan dengan baik.(tau/mia/jpg/ted)

Laporan: SOLEH SAPUTRA (Pekanbaru)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook